* Bab
5
Bekerja
dengan cuma mengandalkan IQ tanpa diimbangi EQ dan SQ, maka akan tercipta
pemerintahan tanpa moralitas.
Mahatma Gandhi,
pejuang nasional India
ACAP
kita tidak tahu bagaimana kiat mengelola sebuah potensi alam agar memiliki dan memberi
nilai tambah. Onggokan alam jelas membutuhkan sentuhan tersendiri agar potensi
di dalamnya dapat dioptimalkan. Dan, Wali Kota Langsa Usman Abdullah memahami
dan mengerti benar potensi alam Kota Langsa. Salah satunya daya tarik yang
menyembul dari hamparan hutan mangrove (bakau).
Sebuah langkah tepat dan
berani telah dilakukan Wali Kota Langsa yang berhasil mengembangkan sektor
pariwisata dengan menyulap hutan menjadi destinasi wisata edukasi unggulan
bertaraf internasional. Di antaranya Hutan Bakau di kawasan Pelabuhan Kuala
Langsa dan Hutan Lindung Kota Langsa yang berada di Gampong Bukit.
Hal tersebut
disampaikan oleh Wakil Gubernur Aceh, H. Muzakir Manaf, saat meninjau lokasi
Proyek Pembangunan Kawasan Wisata Hutan Mangrove dan Hutan Lindung Kota Langsa,
Senin (29/8/2016) pagi. “Ini adalah suatu program luar biasa yang dikembangkan
oleh Wali Kota Langsa. Apalagi hutan mangrove sedang menjadi perbincangan
hangat di dunia internasional terkait dengan fungsinya sebagai salah satu
faktor yang dapat mengurangi risiko pemanasan global dan penyerap karbon,” kata
pria yang akrab disapa Mualem itu sesaat setelah turun dari menara pemantau
yang ada di kawasan wisata Hutan Mangrove Kota Langsa sebagaimana dilansir www.humas.acehprov.go.id.
Sekadar pengetahuan,
pada Agustus 2016, Kawasan Wisata Hutan Mangrove Kota langsa yang memiliki luas
sekitar 8 ribu hektar memasuki tahap kedua pembangunannya. Saat itu, jalur
jembatan lintas hutan mangrove sedang dalam tahap pembangunan jalur lingkar,
dermaga dan bangunan untuk penjualan souvenir, cafe dan bungalow.
“Berdasarkan
keterangan dari Wali Kota, saat ini sedang dalam tahap pembangunan cafe dan
dermaga. Saya sudah menyarankan kepada Wali Kota agar menyediakan beberapa unit
boat kecil agar para pengunjung dapat mengeksplorasi lebih jauh eksotisme hutan
mangrove Kota Langsa ini,” tambah Mualem.
Dalam kesempatan
tersebut, Mualem menegaskan bahwa Pemerintah Aceh sangat mendukung
program-program yang sedang dikembangkan oleh Pemko Langsa. Mualem berkomitmen
akan mengundang sejumlah investor untuk menanamkan modalnya di Kota Langsa,
baik untuk pengembangan kawasan wisata maupun sektor lainnya.
“Keberadaan cafe dan
bungalow tentu saja akan membuka lapangan pekerjaan baru. Kita harapkan jika
sudah selesai, cafe ini akan mengakomodir produk-produk dan jajanan lokal,
sehingga para wisatawan internasional akan tahu kuliner Aceh. Meski demikian
produk-produk lain tentu tetap akan kita sediakan.”
Hutan
Lindung Kota Langsa. Saat tiba di lokasi Hutan Lindung
Kota Langsa, Mualem diajak berkeliling hutan oleh Wali Kota langsa, Usman
Abdullah. Berbeda dengan suasana di hutan mangrove yang sedang dalam tahap
pembangunan, Hutan Lindung Kota Langsa sudah terlihat lebih tertata, begitu
masuk pintu gerbang utama, para pengunjung langsung berjumpa dengan kolam
buaya, yang bersebelahan dengan kandang rusa, ular, burung enggang dan landak.
“Rusa ini didatangkan
langsung dari Istana Bogor, ada 14 ekor waktu itu. Sempat ada satu ekor yang
mati, namun beberapa waktu lalu sudah ada yang berkembang biak dua ekor.
Beberapa binatang merupakan sumbangan dari warga atau ada juga yang kami beli,”
ujar Usman Abdullah yang akrab disapa Toke Sueum, bak entrepreneur ulung.
Melihat kondisi hutan
lindung yang sudah mulai tertata rapi, Wagub Muzakir Manaf menyarankan agar
Pemko Langsa menyediakan jalur interpretasi. Sehingga, para pengunjung akan
mendapatkan tambahan ilmu terkait dengan jenis pohon, nama dan kegunaannya.
“Pelajar dan
masyarakat dapat mengetahui lebih jauh manfaat dari keberadaan hutan mangrove
dan hutan kota. Jalur yang sudah dibangun oleh Pemko ini dapat dijadikan
sebagai jalur interpretasi dan nantinya jenis-jenis mangrove yang ada di sini dapat
diberi keterangan singkat, seperti nama latin, nama daerah dan kegunaannya,
sehingga akan memberi pemahaman kepada warga masyarakat,” tutur Wagub Aceh
Muzakir Manaf.
Di sekitar lokasi
hutan lindung yang memiliki luas 9,6 hektar itu juga dibangun arena permainan paintball dan beberapa sarana pendukung
lainnya.
Wagub Mualem
menambahkan, pembangunan sejumlah sarana pendukung di Hutan Mangrove dan Hutan
Lindung Kota Langsa bukan semata-mata untuk mendatangkan keuntungan ekonomi
tapi juga sebagai sarana pendidikan bagi siswa dan warga masyarakat.
Wali Kota Langsa Usman
Abdullah pun menjelaskan bahwa hutan mangrove Kota Langsa merupakan salah satu
kawasan bakau terlengkap di dunia, terdapat puluhan spesies mangrove yang
tumbuh di kawasan Kuala langsa.
“Dengan keberadaan
sarana dan prasarana yang memadai di kawasan hutan mangrove, kami berharap hal ini
akan menjadi destinasi wisata andalan Kota Langsa karena di sini terdapat 38
spesies mangrove. Ini merupakan hutan mangrove terlengkap di dunia. Tak hanya
berkunjung, para wisatawan tentu saja dapat melakukan penelitian dan
kajian-kajian terkait mangrove di sini,” terang Usman Abdullah.
“Ini adalah konsep
yang sangat bagus dan perlu ditiru oleh daerah lain. Secara bersamaan, Pemko
Langsa telah menjaga kelestarian hutan, menyediakan sarana edukasi dan membuka
lapangan pekerjaan baru. Kehadiran pengunjung tentu saja akan menggerakkan
sektor ekonomi di sekitar kawasan ini,” pungkas Wagub Aceh Mualem.
A.
Inovatif
Menggerakkan Perubahan dan Perbaikan
Ibarat sebagai seorang
nakhoda kapal, kemampuan memimpin dan secara efektif menggerakkan sumber daya
manusia (SDM/aparatur) dan sumber daya alam (SDA) menjadi kunci bagi
terwujudnya pemerintahan yang bersih dan sebuah wilayah potensial yang
berpengharapan. Wali Kota Usman Abdullah menyadari betul ihwal hal itu. Segenap
aparatur mulai dari pelaksana sampai kepala dinas, kepala satuan kerja
perangkat kota (SKPK) atau kepala biro, harus bekerja sesuai dengan kompetensi
masing-masing dan memiliki job description
yang jelas. Prinsipnya, mesti the right
man on the right place.
Begitu pula dalam
memanfaatkan SDA yang ada di Kota Langsa agar memberi manfaat
sebanyak-banyaknya kepada warga masyarakat. Pemanfaatan dan pengelolaan hutan
bakau dan hutan lindung Kota Langsa hanyalah salah satu upaya kreatif Usman
Abdullah dalam mengoptimakan potensi yang ada.
Berpikir kreatif itu
pun dia tularkan atau tanamkan kepada segenap jajaran aparatur Pemerintah Kota
Langsa. Perhatian yang besar terhadap pengelolaan dan penempatan aparatur
menjadi begitu penting dan strategis apakah pemerintahan berada dalam
perkenalan, pertumbuhan atau kematangan (mature).
Mengapa? Sebab, setiap siklus pemerintahan membutuhkan aparatur yang inovatif,
unggul dan kreatif. Tanpa ketiga karakter tersebut tentu akan mengakibatkan
pemerintahan berjalan di tempat (stagnan). Aparatur yang unggul akan melahirkan
pelayanan yang baik sesuai dengan keinginan (aspirasi) rakyat-masyarakat. Bila
tidak, maka bersiap-siaplah menjadi pemerintahan yang gagal membawa kemajuan
dan kesejahteraan rakyat.
Segenap unsur aparatur
harus mengikuti sistem manajemen dan organisasi pemerintahan yang telah dibuat
oleh tim Wali Kota Langsa. Dengan demikian, akan tampil sistem manajemen dan
organisasi pemerintahan yang tertata rapi, jelas wewenang/tugas (juga tanggung
jawab) dan berjalan efektif-efisien. Antara dinas, biro, dan SKPK harus bekerja
sama secara tim, terpadu dan saling menguatkan. Bilamana masing-masing dinas,
biro dan SKPK telah bersinergi, secara otomatis tujuan pemerintahan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat bakal lebih gampang dicapai. Kesejahteraan
rakyat dan kemakmuran aparatur adalah hal yang saling beriringan dalam sebuah
manajemen dan organisasi pemerintahan.
Pada akhirnya, seorang
pemimpin pemerintahan daerah harus mau dan mampu membangun iklim kerja yang
kondusif serta memberdayakan segenap aparatur. Dengan demikian, aparatur akan
bisa bekerja secara prima, percaya diri, efektif, penuh inisiatif dan inovatif.
Sebagai sosok pemimpin
pemerintahan, Usman Abadullah mau dan mampu membangkitkan kepercayaan diri serta
menatap masa depan yang lebih berpengharapan pada segenap aparatur Pemerintah Kota
Langsa. Seorang pemimpin pemerintahan yang benar-benar mempertaruhkan hati,
pikiran dan langkahnya serta siap mempertanggung-jawabkan kepemimpinannya
kepada rakyat-masyarakat dan mitra institusional.
B.
Hati
Amanah Melayani Sesama
Kekuatan seorang
pemimpin (penggerak perubahan) juga terletak pada hatinya. Yang dimaksud
pemimpin dengan hati adalah pemimpin yang memiliki serta mengedepankan
nilai-nilai budaya unggul dan prinsip-prinsip dalam bekerja dan dalam
menjalankan amanah. Pemimpin dengan hati tidak hanya mengandalkan kecerdasan
otak (IQ, Intelligence Quotient).
Lebih penting daripada hal itu adalah kecerdasan emosi (Emotional Quotient) dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient). Sebab, kecerdasan intelektual tanpa diimbangi
EQ dan SQ dapat merusak segalanya. Sebagaimana pernah dikemukakan Pejuang
Kemerdekaan India, Mahatma Gandhi, tentang “dosa yang mematikan” (deadly sins) bahwa bekerja dengan cuma
mengandalkan IQ tanpa diimbangi EQ dan SQ, maka akan tercipta pemerintahan tanpa
moralitas.
Secara universal, nilai-nilai
kultur pemerintahan yang unggul dimiliki dan dikedepankan oleh seorang
pemimpin, antara lain orientasi pelayanan kepada rakyat-masyarakat dengan sikap
tindak yang andal, responsif, jujur dan dapat dipercaya. Pun bekerja secara
profesional yang dinafasi dengan integritas, meningkatkan keahlian dan
keterampilan, mengedepankan kualitas dan kerja sama tim. Kemudian respek kepada
pelayanan masyarakat dan lingkungan sekitar dengan landasan sikap dan tindakan
yang lebih peduli, progresif dan pro-aktif.
Di era otonomi daerah
ini, pemerintahan daerah harus benar-benar mampu menjadi pelayan
rakyat-masyarakat yang makin cerdas. Sehingga, rakyat-masyarakat menaruh respek
dan kepercayaan yang tinggi pada kinerja aparatur pemerintahan. Kepercayaan
masyarakat merupakan soko guru pemerintahan dalam meraih apresiasi dengan cara
yang baik dan benar. Kepercayaan adalah pertaruhan awal sebelum pertaruhan
akhir, yakni merebut apresiasi dan prestasi. Kepercayaan itu sendiri tidak
hanya berkaitan dengan mutu, melainkan juga dengan nilai-nilai kejujuran,
komitmen dan tepat janji dalam kaitan dengan pelayanan masyarakat.
Kemudian,
profesionalisme, yang merupakan senjata ampuh bagi upaya meningkatkan kinerja
dan performa pemerintahan. Profesionalisme akan pula menjadi keunggulan
pemerintahan daerah untuk menarik mitra penanam modal (investor). Sebab itu,
setiap insan aparatur pemerintahan harus bekerja secara profesional sesuai
dengan kompetensi (kemampuan), peran, fungsi dan tanggung-jawab masing-masing.
Termasuk bagi sang pemimpin pemerintahan. Dalam diri seorang pemimpin berhati,
kepedulian dan simpati harus menjadi bagian integral dalam kehidupan
sehari-hari pemerintahan. Dengan peduli, berbagi dan berempati, maka
pemerintahan akan menjadi bagian kehidupan bersama. Berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa kegagalan dalam berbagi dan berempati menjadi alasan yang
kuat seseorang (termasuk pemimpin) itu menghadapi kegagalan.
Nilai-nilai
kedisiplinan harus ditegakkan pula. Yakni disiplin manusia, disiplin tindakan
dan disiplin perilaku. Disiplin berarti kepatuhan pada peraturan dan tata
tertib yang ada. Faktor terpenting dari kedisiplinan adalah kemauan untuk
mengaplikasikan peraturan-peraturan yang berlaku secara baik. Dalam manajemen
pemerintahan, kedisiplinan memiliki dampak yang kuat terhadap organisasi dalam
rangka mewujudkan keberhasilan. Segala kebijakan tidak akan pernah memiliki
arti apa-apa bilamana tidak didukung oleh disiplin para pengelola dan
pelaksananya (manusia).
Pemimpin dengan hati
senantiasa mengingatkan semua pihak agar selalu berprinsip “mengendalikan hati
yang bersih”. Untuk itu, saling percaya dan mempercayai harus dikedepankan.
Tidak boleh ada yang merasa lebih hebat, karena kehebatan itu milik bersama
(tim). Dalam kerangka itu pula sistem komunikasi yang the boundaryless collaboration mesti ditegakkan. Sistem komunikasi
dibuat efektif: cepat, cermat dan ringkas. Kekakuan birokrasi sebisa mungkin
dihilangkan. Tidak ada jurang pemisah antara pimpinan dan bawahan, bahkan
dengan staf paling bawah sekalipun. Dengan team
work yang solid dan sistem komunikasi yang efektif, tentu ada semangat yang
besar untuk mencapai sasaran dan tujuan pemerintahan secara baik dan
benar.
Pemimpin yang memiliki
prinsip-prinsip kerja yang luhur. Di antaranya bekerja sebagai bagian dari
ibadah. Bekerja adalah sebuah amanah yang harus ditunaikan sebaik mungkin dan
semaksimal kemampuan yang dimiliki, dengan sepenuh kejujuran, komitmen dan
profesionalisme. Prinsip lainnya adalah bekerja keras, bekerja cerdas dan
bekerja ikhlas. Bekerja keras dalam arti bahwa bekerja adalah untuk kepentingan
pemerintahan (yang berarti untuk kepentingan diri, aparatur dan
rakyat-masyarakat) tidak boleh mengenal batas ruang dan waktu. Banyak bekerja
lebih baik ketimbang banyak bicara. Bekerja keras dengan sepenuh integritas,
tanggung jawab dan disiplin.
Lantas bekerja cerdas.
Bahwa dalam bekerja harus menggunakan kemampuan berpikir, kemampuan
menganalisa, dan kemampuan mengatasi masalah secara tepat melalui metode yang
terprogram. Bukan dengan tenaga otot. Tuhan telah membekali karunia dan potensi
yang besar. Sebab itu, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membuat
langkah dan dan strategi yang andal, serta mampu memprediksi kesulitan-kesulitan
yang barangkali bakal timbul. Agar menjadi cerdas (antara lain) seorang
pemimpin harus terus belajar. Menjadi seorang pembelajar. Belajar kepada siapa pun,
di mana pun dan kapan pun. Belajar dan terus belajar. Itu pula yang terus
dilakukan oleh seorang Usman Abdullah. Maka ketika ada sedikit waktu luang, dia
pun menimba ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Samudera, Kota Langsa, dan
meraih gelar Sarjana Ekonomi tahun 2011.
Pengetahuan dan
kemampuan seseorang, bila tidak terus diasah atau menganggap diri sudah pintar,
maka akan berhenti atau tidak berkembang. Melalui proses belajar, pemimpin yang
cerdas akan terus mampu mengevaluasi, membenahi dan mengambil langkah dan
strategi serta kebijakan dan program yang tepat bagi pemerintahan dan masyarakat.
Dengan segala upayanya, seorang pemimpin bekerja demi kemajuan dan perkembangan
pemerintahan dan kemajuan masyarakat.
Lantas pemimpin mesti bekerja
dalam bingkai ikhlas. Bekerja sebaik mungkin, komitmen tinggi dan penuh
tanggung jawab. Bahwa yang menilai atau yang menentukan hasil kerja adalah
Tuhan. Bahwa Tuhan senantiasa mengawasi setiap waktu. Karena itu, pekerjaan
yang dijalankan merupakan amanah dan ditujukan demi kebaikan diri sendiri dan
orang banyak. Bekerja ikhlas untuk melengkapi amal ibadahnya. Bilamana ibadah
ritualnya kurang, maka bekerja ikhlas dimaksudkan buat melengkapi. Dengan
bekerja dalam perasaan tulus-ikhlas, seorang pemimpin tak kenal waktu dalam
bekerja. Apapun hasilnya, senantiasa disyukuri. Prinsip kerja ikhlas itulah
sesungguhnya yang membuat seorang pemimpin (dan segenap aparatur pemerintahan)
menjadi senantiasa optimis dan tak pernah ragu dalam bersikap dan bertindak.
Ini pula yang selalu dikedepankan oleh sosok Usman Abdullah dalam memimpin
rakyat Kota Langsa.
Dalam bekerja, Usman
Abdullah juga mengedepankan pelayanan. Pemimpin yang melayani (the servant leader). Dia selalu
mendengarkan, empati, simpati dan memiliki jiwa melayani yang tinggi. Pelayan
sebagai pemimpin, pemimpin sebagai pelayan. Tujuan utama seorang pemimpin
adalah melayani orang-orang yang dipimpinnya. Orientasi pemimpin itu bukanlah
kepentigan diri sendiri atau golongan, namun kepentingan pemerintahan yang
dipimpinnya. Dan tidaklah gampang menjadi pemimpin yang melayani kecuali mereka
yang mau berendah hati, bersahaja, berhati bersih dan berpikiran jernih. Premis
atau hukum jati diri sebagai pemimpin tak bisa hanya diukur dari pola pikir
yang brilian, visioner dan profesional. Lebih dari itu, pemimpin harus pula melayani
dengan hati. Agar pemerintahan bisa meraih kemajuan, maka seorang pemimpin
harus melayani segenap aparatur dan rakyat-masyarakat.
C.
Mengembangkan
Kepekaan Responsif
Faktor kepemimpinan (leadership) jelas memiliki kedudukan
yang amat strategis dan menentukan bagi jalannya organisasi, terlebih
organisasi pemerintah daerah di era otonomi daerah sekarang ini. Pemimpin yang
melaksanakan kepemimpinnya secara efektif dan efisien akan mampu menggerakkan
orang (aparatur) ke arah yang dicita-citakan (visi-misi). Sebaliknya, pemimpin
yang keberadaannya hanya sebagai figur belaka, tentu tidak memiliki pengaruh
yang berarti. Bahkan, kepemimpinannya dapat mengakibatkan lemahnya kinerja
organisasi, yang pada akhirnya dapat menciptakan keterpurukan.
Kepemimpinan tampak
begitu kuat mempengaruhi kinerja organisasi. Secara akal sehat, maju-mundurnya
perjalanan organisasi pemerintah daerah tak lepas dari faktor ketidak-mampuan kepemimpinan
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan tidak mampu memformulasikan visi-misi
pemerintahan yang adaptif terhadap perubahan.
Pemimpin terpilih
harus mampu mengartikulasikan, menjelaskan, dengan bahasa yang sederhana,
alasan-alasan mengapa kita harus menuju ke tempat (visi-misi) tersebut. Apa
kelebihannya dan seperti apa kelak keadaan lembaga atau organisasi yang
dipimpinnya tersebut. Visi merupakan jendela untuk menengok ke masa depan
(Tasmara, 2006). Perjalanan sebuah perusahaan atau organisasi yang tidak
memiliki visi akan mandeg dan kehilangan peluang-peluangnya untuk berkembang di
masa yang akan datang. Mereka akan terkubur dan kalah bersaing dengan
perusahaan atau organisasi yang memiliki visi-misi jelas dan dijalani secara
konsekuen.
Keberadaan seorang
pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinnya dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang terjadi di pemerintahan daerah dengan menetapkan
tujuan secara utuh, mendaya-gunakan bawahan melalui pendekatan partisipatif (a participate approach), dan didasari
oleh kemampuan memimpin yang profesional (the
leading professional) menjadi indikator kepemimpinan yang efektif, efisien
dan visioner. Kepemimpinan yang efektif di pemerintahan daerah seyogianya berarti
pemimpin visioner dengan menetapkan tujuan masa depan organisasi pemerintahan
daerah. Hal itu dituntut oleh situasi dan kondisi yang mengingatkan adanya
visi-misi bagi organisasinya sebagai antisipasi dan proyeksi terhadap masa
depan yang belum pasti.
Selain betapa
pentingnya visi dan kepemimpinan, pakar otonomi daerah Prof. Dr. Ryaas Rasyid (2000)
menegaskan bahwa karakter sistem pemerintahan yang demokratis adalah mewujud
dalam sikap pemimpin yang akomodatif, sensitif, dan responsif.
Transformational
leader adalah pemimpin yang bukan saja sensitif, tapi
juga responsif. Sikap kepemimpinan akomodatif kepala daerah akan sangat
diperlukan oleh bangsa ini dalam membangun masa depannya. Akomodatif terhadap
berbagai kelompok kepentingan dan kelompok strategis yang hidup dalam
masyarakat diperlukan untuk menunjukkan bahwa azaz kekeluargaan dan kegotong-royongan
dalam demokrasi Pancasila dapat terlaksana tanpa beban. Termasuk dalam sikap
akomodatif adalah lapang dada untuk menerima berbagai kritik.
Sebagai pemimpin (wali
kota) yang mengembangkan model kepemimpinan dan kepekaan responsif, Usman
Abdullah secara terus-menerus bersikap sensitif terhadap lingkungannya, dan ini
ditandai oleh kemampuannya untuk secara dini memahami dinamika perkembangan
masyarakat, mengerti apa yang mereka butuhkan, dan dia mengusahakan agar
menjadi pihak pertama yang memberi perhatian lebih terhadap kebutuhan itu. Dengan
tingkat kepekaannya yang tinggi, Pemerintah Kota Langsa di bawah
kepemimpinannya mampu tampil sebagai pihak menyelesaikan masalah (part of solution), bukan sumber masalah
(source of problem). Komunikasi
timbal balik dan transparan seringkali diberdayakan oleh Usman Abdullah agar
kepemimpinannya senantiasa terasah sensivitasnya. Karena kemampuan
berkomunikasi dari kepala daerah yang disertai penerapan pola transparansi
dalam proses pengambilan keputusan, menjadi prasyarat penting bagi keberhasilan
dalam mengemban tugas-tugasnya.
Karakter kepala daerah
yang responsif adalah lebih banyak berperan menjawab aspirasi dan tuntutan
masyarakat yang disalurkan melalui berbagai media komunikasi. Dengan kata lain,
Usman Abdullah menghayati betul suatu sikap dasar untuk senantiasa mendengar
aspirasi dan suara rakyat di daerahnya. Dia juga mau mengeluarkan energi dan
menggunakan waktunya secara cepat-tepat menjawab setiap pertanyaan, menampung
setiap keluhan, memperhatikan setiap tuntutan dan memanfaatkan setiap dukungan rakyat-masyarakat
ihwal suatu hal yang menyangkut kepentingan umum. Sigap dalam mengambil
keputusan, sehingga dapat mencegah terjadinya berbagai ekses yang tidak
diharapkan. Karakter kepemimpinan responsif hakikatnya adalah mewakili azaz
“pemerintahan oleh rakyat” (government by
the people), lantaran dalam praktiknya dia menjadikan pemerintah daerah
sebagai abdi dan pelayan rakyat. Dengan demikian, terjadi perubahan orientasi yang
semula suka mengatur rakyat menjadi suka melayani rakyat.
Sebab itu, dalam
perspektif transformational leadership,
terpilihnya kepala daerah oleh rakyat secara demokratis, akan memposisikan
pemerintah daerah sebagai badan eksekutif daerah yang kuat, efektif dan
efisien, yang tidak gampang digoyang oleh anggota legislatif (Azhari, 2009). Kemunculan
kepala daerah yang dipilih secara demokratis oleh rakyat ini memungkinkan
terselenggaranya pemerintahan yang responsif terhadap rakyat dan memelihara
suatu mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada azaz pertanggung-jawaban
publik (Rasyid, 2002).
D.
Dedikasi
Sampai Tapal Batas
Sesungguhnya, seorang
pemimpin terpilih dalam kontestasi politik (pemilihan kepala daerah) secara langsung
di tangan rakyat saat ini, dalam situasi dan kondisi apa pun dia harus
mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada rakyatnya, juga pada organisasi
pemerintahan daerah yang dipimpinnya. Yang dimaksud dengan dedikasi di sini
adalah bagaimana kiat sang pemimpin terpilih mengabdikan dirinya dan memberikan
segenap perhatiannya pada amanah yang telah diterimanya. Sebagaimana dikatakan
dai kondang KH Toto Tasmara (2006), “Para pemimpin yang memiliki dedikasi yang
tinggi akan tampak pada sikapnya yang bersungguh-sungguh, fokus dan penuh dengan
motivasi kerja keras. Mereka pantang menyerah dan melihat segala sesuatu sebagai
sarana untuk memberikan pelayanan terbaik (service
excellent). Agar amanah yang diberikan kepadanya dapat dilaksanakan
melebihi apa yang diharapkan si pemberi amanah.”
Benar, dedikasi
seperti itulah yang berusaha diberikan oleh Usman Abdullah kepada rakyat Kota
Langsa usai dirinya terpilih sebagai kepala daerah, baik pada periode pertama
2012-2017 maupun periode kedua 2017-2022 sekarang ini. Bagi Usman Abdullah, amanah
yang dititipkan rakyat ini adalah sebuah kehormatan. Kehormatan bagi dirinya
sebagai pemimpin terpilih untuk bekerja dengan performa prima dan
sebaik-baiknya demi kemajuan daerah dan peningkatan kemakmuran-kesejahteraan
rakyat Kota Langsa. Arti kata, tentu, Usman Abdullah mesti mendedikasikan diri
dan jabatan wali kota ini secara total demi kepentingan rakyat-masyarakat. Bukan
semata untuk kepentingan pribadinya. Pun bukan buat kepentingan kelompok atau
kroni-kroninya. Sungguh, terlalu naïf dan berdosa besar bagi pemimpin terpilih
bilamana sampai menyia-nyiakan mandat rakyat dan amanah Allah yang dititipkan
padanya lewat jabatan pemimpin (wali kota) yang menjadi kehormatan di
kepalanya. Seperti ungkapan bijak: di kepala ada kehormatan, di pundak ada
beban, dan di hati ada janji. Tujuan kepemimpinan itu bukan untuk kebesaran,
tapi bagaimana hak-hak rakyat dapat diperhitungkan dan menjadi prioritas yang
harus dipertanggung-jawabkan dan dituntaskan. Dan, pemimpin yang baik adalah sosok
yang mampu melihat masalah dan dapat menyelesaikannya.
Di benak Usman
Abdullah, hakikat pemimpin itu adalah pamong
(pelayan), bukan pangreh (penguasa). Sebab
itu, dalam konteks tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
kemasyarakatan di Kota Langsa, dedikasi yang tinggi dan sepenuh hati dari sang
pemimpin terpilih menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap pejabat publik yang
akan dilantik untuk mengemban mandat rakyat dan amanah Allah. Dengan begitu,
fokus dari kebijakan otonomi daerah (otonomi khusus di Aceh), yakni
memberdayakan masyarakat lokal (setempat), menumbuhkan prakarsa dan kreativitas,
serta meningkatkan partisipasi masyarakat daerah secara aktif dan kreatif, akan
lebih mudah dilaksanakan oleh kepala daerah terpilih (gubernur dan atau
bupati/wali kota) beserta segenap aparatur di bawahnya.
Usman Abdullah
menegaskan, yang diperlukan Republik ini, tak terkecuali organisasi
pemerintahan daerah, adalah seorang pemimpin yang betul-betul mampu menjaga
amanah. Karena, secara umum, kita melihat, sebagaimana halnya di Republik ini, banyak
sekali pejabat namun terasa nihil yang namanya pemimpin. Sebab itu, dalam
tataran wilayah, harus dimulai bagaimana kita melahirkan seorang pemimpin yang
mampu mengemban amanah dan inventarisasi semua potensi wilayahnya secara baik. Juga
harus mampu mengadakan perubahan fundamental yang berdampak langsung pada
kesejahteraan rakyat. Karena, pada hakikatnya, keberadaan seorang pemimpin itu
untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Demikian pula halnya
Kota Langsa saat ini, jelas membutuhkan sosok pemimpin, bukan pejabat. Yakni
pemimpin yang berdedikasi tinggi, bermoral, jujur dan amanah, mampu mengayomi,
memberdayakan, serta mengangkat perikehidupan, termasuk harkat dan martabat
rakyatnya.
Jadi, selain betapa
pentingnya menerapkan dedikasi tinggi dan sepenuh hati di pemerintahan daerah
sampai tapal batas, Usman Abdullah pribadi lebih memosisikan dirinya sebagai
pemimpin ketimbang pejabat. Kendati, faktualnya dia adalah pejabat formal dan
orang nomor satu (top leader) di
Pemerintah Kota Langsa. Sebab, dalam aktivitas kesehariannya, baik saat dirinya
berada di kantor, di rumah maupun saat berinteraksi dengan rakyatnya, dia
berupaya menghilangkan hambatan birokrasi dan menghindari kesan protokoler yang
cenderung birokratis. Pada prinsipnya, Usman Abdullah bersungguh-sungguh
mendedikasikan dirinya, melayani dan mengayomi rakyat, tanpa ada jarak antara
seorang pemimpin dan rakyat yang dipimpinnya.
Terlebih lagi, sebagai
pemimpin yang terpilih lewat kompetisi ketat pemilihan langsung kepala daerah,
tentu Usman Abdullah harus mampu mendedikasikan diri secara paripurna dan
melayani rakyat dengan sebagaik-baiknya. Prinsip ini sudah dia pegang sejak
lama, jauh sebelum dirinya terpilih sebagai pemimpin (wali kota) seperti
sekarang. Usman Abdullah mengakui bahwa pengalaman hidupnya semasa kecil,
remaja, merantau ke negeri jiran, termasuk berinteraksi dengan para kombatan
Aceh, telah membentuk konstruksi kepribadiannya seperti saat ini. Dalam posisi
dan situasi apapun jabatan yang pernah dia emban di masa silam, semua itu
baginya sebuah amanah yang mesti ditunaikan. Dalam konteks amanah pula, pasti
dia harus mampu mempertanggung-jawabkan semua itu kepada pimpinan di atasnya,
kepada rakyat pula, serta kepada Allah yang memberinya segenap karunia
kehidupan. Singkat cerita, jabatan apa saja yang dipercayakan kepada dirinya,
semua itu merupakan amanah belaka.
Tatkala mengemban
amanah sebagai pemimpin daerah saat ini, Usman Abdullah tidak pernah jumawa
apalagi tinggi hati. Jabatan setinggi apapun tak akan pernah mengubah secara
drastis sikap hidup dan perilaku sehari-hari. Dia tetap tampil dengan performance sederhana dan bersahaja,
sama persis seperti sebelum dirinya menjabat wali kota.
Sebab, seorang insan
dianggap bernilai bukan lantaran posisi dan jabatannya. Seorang insan bernilai
bila dia mampu memberikan berkat, manfaat serta kebahagiaan buat sesama
manusia, sekecil apapun manfaat yang mampu dia berikan. Demikianlah prinsip dan
pandangan hidup Usman Abdullah. Bagi dirinya, hidup ini adalah menjadi sukacita
dan manfaat buat orang lain.
Jadi, sebagai wali
kota, Usman Abdullah bekerja semaksimal mungkin serta mendedikasikan hidupnya
sepenuh hati untuk rakyat Kota Langsa sampai di titik akhir pengabdian. Pun
mencurahkan segenap energi positif dan kemampuan terbaik yang dimilikinya. Sehingga,
seluruh impian, visi, misi, strategi berikut progam dan kebijakan yang diimplementasikannya
di Kota Langsa dapat berdaya guna dan memberi manfaat optimal, efektif dan
efisien bagi kepentingan seluruh warga masyarakat.
Lantaran itulah,
setiap ada masukan dari staf dan aparaturnya, dia segera merespon agar mereka
merasa diperhatikan oleh pimpinannya dan dapat bekerja lebih giat lagi. Pada
sisi yang lain, Wali Kota Usman Abdullah juga rajin blusukan, turun ke bawah
mengunjungi secara langsung berbagai wilayah dan pelosok yang ada di Kota
Langsa. Selain itu, dia membuat semacam pertemuan informal dengan unsur Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda), aparatur pemerintah kota, juga rakyat
Kota Langsa. Di forum semacam itulah, dalam bentuk diskusi dan tanya-jawab,
mereka bebas namun sopan menyampaikan apa saja aspirasi, pendapat, termasuk
uneg-uneg untuk didengar, dipahami, bahkan yang dirasa penting, untuk
secepatnya ditindak-lanjuti dan dicarikan jalan keluar bersama jajaran aparatur
Pemerintah Kota Langsa.
Begitulah salah satu
contoh kecil dedikasi Wali Kota Usman Abdullah kepada rakyatnya. Seperti kata
KH Toto Tasmara (2006), dedikasi adalah perilaku matahari yang tetap setia
membagi cahayanya kepada penduduk bumi, terbit dan tenggelam sesuai dengan
batas waktu yang telah ditentukan. Matahari tak pernah lelah memancarkan
sinarnya. Sang pencipta telah menentukan “takdir” matahari untuk senantiasa
memberi, diminta ataupun tidak diminta. Sebab, dengan memberi, ia justru
mengukuhkan keberadaanya sebagai pemasok energi terbesar sepanjang sejarah umat
manusia. Matahari melayani kebutuhan energi alam raya ini. Begitu dedikasi
tiada henti sang mentari.
Seorang pemimpin yang
berdedikasi tinggi akan menjadi payung bagi semuanya. Dia melayani, membela,
dan mendorong siapa saja untuk mengejar dan mencapai cita-cita (visi) bersama.
Ringkas cerita,
dedikasi merupakan wujud dari sebuah keterpanggilan, bukan lagi sekadar
kewajiban melainkan kebutuhan. Dedikasi adalah cara seseorang membuktikan rasa
cintanya. Semain kuat jiwa pengabdiannya, semakin kuatlah kebahagiaan yang
didapatnya.
Orang yang berdedikasi
tinggi tampil sebagai fasilitator yang tulus, menjadi pelayan utama di balik
layar (server work behind the scene
taking care of everyone and everything). Mereka mengabdi bukan lantaran
mengharapkan tepukan khalayak, melainkan ada rasa bahagia telah menunaikan
amanah yang ada di pundaknya. (*)
Komentar
Posting Komentar