Bab
4
Dia
yang menghormati orang lain tidak akan dipermalukan. Dia yang toleran akan
memperoleh dukungan.
Confusius, filsuf
Tiongkok
KONFLIK
sosial (politik) acapkali melahirkan manusia-manusia yang militan dalam
berjuang dan kuat dalam berpegang pada prinsip kehidupan. Banyak tokoh nasional
ataupun internasional yang muncul dari wilayah atau negara yang kerap didera
konflik. Banyak sosok nasionalis dan penuh spirit pengabdian muncul di
masa-masa perjuangan kemerdekaan. Sosok Usman Abdullah layak dikatakan sebagai
salah satu sosok kuat yang muncul dari area konflik Aceh atau Gerakan Aceh
Merdeka (GAM).
Sejarah mencatat GAM
lahir di era pemerintahan Presiden Soeharto. Waktu itu sedang terjadi
industrialisasi di Bumi Serambi Mekkah. Soeharto benar-benar mencampakkan adat
dan segala penghormatan rakyat Aceh. Industrialisasi membawa efek (negatif) ikutan
berupa perjudian yang selanjutnya menjadi embrio prostitusi, mabuk-mabukan,
bar, dan segala macam yang bertentangan dengan syariat Islam dan adat rakyat
Aceh. Kekayaan alam Aceh dikuras melalui pembangunan industri yang dikuasai
orang asing melalui restu Pemerintah Pusat. Sementara rakyat Aceh tetap saja
miskin. Pendidikan rendah dan kondisi ekonomi sangat memprihatinkan. Melihat situasi
tersebut, Daud Beureueh dan tokoh tua Aceh yang sudah tenang kemudian
bergerilya kembali untuk mengembalikan kehormatan rakyat, adat Aceh dan agama
Islam.
Pertemuan tokoh-tokoh
digagas pada tahun 1970-an. Mereka bersepakat meneruskan pembentukan Republik
Islam Aceh (RIA), yakni sebuah negeri yang mulia dan penuh ampunan Tuhan.
Mereka pun menyadari, tujuan itu tidak bisa tercapai tanpa senjata. Lantas
diutuslah Zainal Abidin menemui Hasan Tiro yang sedang belajar di Amerika.
Pertemuan terjadi tahun 1972 dan disepakati Tiro akan mengirim senjata ke Aceh.
Zainal tidak lain adalah kakak Hasan Tiro. Sayang, senjata tak juga dikirim
hingga Beureueh meninggal dunia. Hasan Asleh, Jamil Amin, Zainal Abidin, Hasan
Tiro, Ilyas Leubee, dan masih banyak lagi tokoh lainnya berkumpul di kaki
Gunung Halimun, Pidie. Di sana, pada 24 Mei 1977, para tokoh eks DI/TII dan
tokoh muda Aceh mendirikan GAM.
Selama empat hari
bersidang, Daud Beureueh ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi. Sementara Hasan
Tiro yang tidak hadir dalam pendirian GAM itu ditunjuk sebagai wali negara.
Kabinet GAM terdiri diri 15 menteri, empat pejabat setingkat menteri dan enam
gubernur. Mereka pun berjuang dan bergerilya memuliakan rakyat Aceh, adat, dan
agamanya.
Versi yang cukup sahih
menyebutkan bahwa Hasan Tiro menyatakan pendirian organisasinya sebagai Front
Pembebasan Nasional Aceh Sumatera, lebih dikenal sebagai Gerakan Aceh Merdeka,
pada tanggal 4 Desember 1976. Di antara tujuannya adalah kemerdekaan penuh Aceh
dari Indonesia. Di Tiro memilih kemerdekaan sebagai salah satu tujuan GAM,
bukan otonomi khusus daerah, karena fokus pada sejarah Aceh sebelum masa
kolonial Belanda sebagai sebuah negara merdeka. GAM berbeda dari pemberontakan
Darul Islam yang berusaha menggulingkan ideologi Pancasila yang sekuler dan
menciptakan negara Islam Indonesia berdasarkan syariah. Dalam "Deklarasi
Kemerdekaan", dia mempertanyakan hak Indonesia untuk berdiri sebagai
negara, karena pada asalnya itu adalah negara multi-budaya berdasarkan
kekaisaran Kolonial Belanda dan terdiri dari negara-negara sebelumnya yang
terdiri dari banyak sekali etnis dengan sedikit kesamaan. Dengan demikian,
Hasan Tiro percaya bahwa rakyat Aceh harus memulihkan keadaan pra-kolonial Aceh
sebagai negara merdeka dan harus terpisah dari negara Indonesia.
A.
Matang
di Malaysia, Pulang Jadi Wakil Rakyat
Memasuki dekade
1990-an, Aceh dilanda kecamuk antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pasukan
Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dari markasnya di perbatasan Aceh Utara -
Pidie. Seluruh kekuatan GAM dioperasikan dari tempat ini. Termasuk, seluruh
komando di sejumlah wilayah di Aceh dan di beberapa negara seperti Malaysia,
Pattani (Thailand), Moro (Filipina), Afghanistan, dan Kazakhstan. Namun,
kerapkali GAM menipu TNI dengan cara mengubah-ubah tempat utama markasnya. Di
seluruh Aceh, GAM membuka tujuh komando, yaitu komando wilayah Pase
Pantebahagia, Peurulak, Tamiang, Bateelik, Pidie, Aceh Darussalam, dan Meureum.
Masing-masing komando dipimpin panglima wilayah.
Sejak berdiri tahun
1977, secara cepat GAM melakukan pendidikan militer bagi anggota-anggotanya. Tahun
1980-an, ribuan anak muda dilatih di kamp militer di Libia. Saat itu, Presiden
Libia Mohammar Khadafi mengadakan pelatihan militer bagi gerakan separatis dan
teroris di seluruh dunia. Hasan Tiro berhasil memasukkan nama GAM sebagai salah
satu peserta pelatihan. Pemuda kader GAM juga berhasil masuk dalam latihan di
Kamp militer di Kandahar, Afghanistan, pimpinan Osama bin Laden. Gelombang
pertama masuk tahun 1986, selanjutnya terus dilakukan hingga akhir 1990.
Bersamaan semakin
menguatnya kekuatan GAM, Pemerintah Republik Indonesia pun menggelar operasi
militer di Aceh 1990-1998. Operasi yang juga disebut sebagai Operasi Jaring Merah
itu merupakan operasi kontra-pemberontakan yang diluncurkan pada awal 1990-an
sampai 22 Agustus 1998 melawan gerakan separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di
Aceh. Selama periode tersebut, Aceh dinyatakan sebagai "Daerah Operasi
Militer" (DOM), di mana Tentara Nasional Indonesia (TNI) diduga melakukan
pelanggaran hak asasi manusia dalam skala besar dan sistematis terhadap pejuang
GAM ataupun rakyat sipil Aceh.
Operasi ini berakhir
dengan penarikan hampir seluruh personil TNI yang terlibat atas perintah
Presiden BJ Habibie pada tanggal 22 Agustus 1998 setelah jatuhnya Presiden
Soeharto dan berakhirnya era Orde Baru.
Pada usia relatif muda
baru lulus dari STM di Kota Langsa di ambang 1990-an itu, Usman Abdullah tidak
memilih ikut angkat senjata bersama ribuan anak muda Aceh yang telah dilatih kemiliteran.
Dia memilih merantau ke Malaysia. Berbekal uang seadanya, dia mengurus paspor buat
bekal masuk ke negeri jiran dengan menumpang kapal fery dari Sumatera Utara.
Memasuki perantauan di
Malaysia, Usman muda bekerja apa saja untuk sekadar bertahan hidup. Uang yang
diperoleh sedikit demi sedikit dikumpulkan. Dari uang itulah yang kemudian dia pakai
buat modal usaha. Dia lalu membuka toko kelontong yang di Malaysia biasa
disebut kedai runcit.
Di sela-sela
berdagang, Usman bergaul dengan warga setempat, termasuk anak-anak. Hingga pada
suatu ketika dia membaca buku sejarah
anak sekolah. Buku berjudul Sejarah Asia
Tenggara itu banyak memuat kisah tentang kegemilangan Aceh masa silam.
Rupanya, goresan sejarah itu begitu membekas di lubuk hati dan benaknya.
Saat Usman berada di
Malaysia, info yang berkembang, Pemerintah Republik Indonesia sedang
giat-giatnya memburu aktivis Gerakan Aceh Merdeka. Sebagian mereka menyeberang
ke Malaysia untuk menghindari kejaran tentara. Di Malaysia, mereka membentuk
komunitas-komunitas kecil. Usman yang saat itu masih muda sering mencoba ikut
dalam pertemuan orang-orang Aceh. Namun, karena masih terlalu muda, dia tidak
diperkenankan ikut rapat.
“Pue buet aneuk miet keunoe,” kenang Usman Abdullah yang juga akrab
disapa Toke Sueum itu seperti dikutip The
Atjeh Post beberapa waktu lalu.
Meski dilarang ikut
rapat secara langsung, namun Usman kerapkali curi-curi dengar. Dia pun merasa
cocok dengan misi yang diusung gerakan. Akhirnya, dia dilibatkan dalam
rapat-rapat orang Aceh di Malaysia.
Tahun 1990, ketika
gelombang pengungsian warga Aceh ke Malaysia terus bertambah, rumah Toke Sueum
menjadi salah satu tempat penampungan. Dari merekalah Usman mendapat
cerita-cerita sedih tentang nestapa dan penderitaan orang Aceh pada masa-masa itu.
Kesediaannya menampung
warga pelarian dari Aceh itulah yang membuatnya dijuluki Toke Sueum. “Karena
saya menampung orang-orang panas, pelarian dari Aceh,” katanya sambil tertawa.
Lantaran
keterlibatannya dalam pergerakan, Usman sempat ditangkap polisi Diraja
Malaysia. Bersyukur, dia cukup ditahan 75 hari.
Usman kembali ke Aceh
tahun 1999, setelah rezim Soeharto tumbang. Dia lantas bergabung dengan pasukan
GAM yang sudah duluan bergerilya, masuk-keluar hutan bakau di kawasan Tamiang,
Langsa, dan Peureulak.
Tatkala perjanjian
damai ditanda-tangani pada 15 Agustus 2005 dan GAM bermetamorfose menjadi Partai
Aceh (partai politik lokal), Usman maju mencalonkan diri sebagai anggota
legislatif. Sampai kemudian pada pemilihan legislatif 2009, dia terpilih satu
di antara 27 orang kader Partai Aceh yang memenuhi syarat perolehan suara
sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh periode 2009-2014. Dia
lantas dipercaya menjabat sebagai Sekretaris Komisi B DPR Aceh.
B.
Diusung
Partai Lokal Maju Pencalonan Walikota Langsa 2012-2017
Waktu terus melaju.
Sebagai wakil rakyat di DPR Aceh, Usman Abdullah lebih banyak berada di Banda
Aceh, ibukota Provinsi Aceh. Kendati begitu, dia tetap terus mengikuti
perkembangan sosial, politik dan ekonomi Kota Langsa.
Memasuki pertengahan
2011, suhu politik di Kota Langsa menghangat. Sejumlah nama bermunculan untuk maju
bakal calon Wali Kota periode 2012-2017 meski Wali Kota Langsa 2007-2012 Zulkifli
Zainon baru habis masa baktinya pada Maret 2012 dan pencoblosan direncanakan
berlangsung pada awal 2012.
Dari catatan The Atjeh Post, waktu itu nama-nama yang
beredar umumnya adalah tokoh-tokoh yang cukup dikenal warga masyarakat
setempat. Misalnya Zulkifli Zainon, politisi Golkar yang saat itu masih
menjabat sebagai Wali Kota Langsa (2007-2012). Dia dianggap calon kuat yang
akan maju lagi.
Namun, seperti sering
disampaikan dalam beberapa pertemuan terbatas, Zulkifli Zainon tidak lagi
berpasangan dengan Saifuddin Razali, yang telah mendampinginya sebagai Wakil Wali Kota Langsa 2007-2012. Beredar
kabar kuat saat itu, Zulkifli Zainon disebut-sebut akan berpasangan dengan
Saifullah, yang kala itu menjabat Sekretaris Daerah Kota Langsa. Sedangkan
Saifuddin Razali akan maju sebagai balon Wali Kota bersama kandidat wakil lain.
Calon lain yang muncul
ke publik adalah Jauhari, Ketua Nasional Demokrat Kota Langsa. Kemudian ada
nama Saifuddin, staf penghubung Pemerintah Aceh di Jakarta yang diisukan akan
berpasangan dengan Tokoh GAM dan naik melalui jalur independen.
Masih ada pula nama
Zulham, yang gagal menjadi Wali Kota
Langsa periode 2007-2012. Beredar kabar dia akan menggaet Syahyuzal AK, wakil
DPRK Kota Langsa dari Partai Demokrat, sebagai wakilnya.
Dari mantan kombatan,
muncul nama Usman Abdullah alias Toke Sueum. “Kemungkinan Toke Sueum jadi naik,
tapi wakil belum ditentukan, sedang dilihat dulu mana yang cocok,” ujar salah
satu politisi Partai Aceh.
Suhu politik terus
menghangat. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kota Langsa, menjelang akhir
Juni 2011, secara resmi mengukuhkan pasangan H Jauhari Amin – H Razali Yusuf
sebagai bakal calon (balon) Wali Kota/Wakil Wali Kota Langsa yang akan diusung
dalam Pemilukada 2012. Acara pengukuhan yang diadakan di Stroom Café itu, Sabtu
(18/6/2011), tersebut dihadiri unsur pimpinan Pengurus Pusat dan Pengurus
Wilayah PPP Provinsi Aceh, serta seratusan kader PPP Kota Langsa
Karena pasangan H
Jauhari Amin – Razali Yusuf memperoleh nilai tertinggi dibandingkan pasangan
lainnya ketika dilakukan fit and proper test,
DPP PPP akhirnya menetapkan pasangan ini sebagai pasangan resmi yang diusung
oleh DPC PPP Kota Langsa.
Sejalan PPP, DPD
Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Langsa, Sabtu (23/4/2011), pun mengusung H
Jauhari Amin - H Razali Yusuf. Panitia Deklarasi Balon Wali Kota/Wakil Wali Kota
Langsa DPD PAN Kota Langsa, Rahmadi Yahya SE, sebagaimana dikutip Analisa, menyatakan, dalam menghadapi
Pemilukada yang digelar serentak di seluruh Aceh awal 2012, pihaknya telah
melakukan berbagai proses dalam menjaring pasangan calon kepala daerah yang bakal
diusung oleh PAN.
"Semua tahapan
telah kami lalui dan hasil akhirnya telah kami deklarasikan pada malam ini
(Sabtu, 23/4/2011) di Hotel Harmoni Langsa di mana pasangan Jauhari Amin - Razali
Yusuf yang akan kami perjuangkan dan menangkan untuk Pemilukada Kota
Langsa," tegas Rahmadi Yahya yang juga Sekretaris DPD PAN Kota Langsa
tersebut.
Dalam perkembangan
berikutnya, Partai Aceh Kota Langsa resmi mencalonkan kader muda partai lokal,
Usman Abdullah. Kehadiran Usman Abdullah yang akrab disapa Toke Sueum itu
semakin menghangatkan suasana politik Kota Langsa. Kehadiran Toke Sueum
menambah jumlah kandidat yang sudah santer dibicarakan untuk memperebutkan
kursi wali kota dan wakil wali kota.
Usman Abdullah yang
saat itu tercatat sebagai Sekretaris Komisi B DPR Aceh merasa yakin kapasitas dirinya
cukup memadai untuk memimpin Kota Langsa. Dia juga percaya, para pemimpin Sagoe
dan masyarakat Langsa akan memberikan tempat untuknya.
Awal Juli 2011, Komisi
Independen Pemilihan (KIP) Kota Langsa membuka masa pendaftaran bagi calon wali
kota dan calon wakil wali kota. Di hari pertama pendaftaran, Senin (4/7/2011),
KIP Kota Langsa, menerima penyerahan dokumen bakal calon atas nama Drs. H.
Saifuddin Razali, MM,P.Pd - Drs. H. Abdullah Itam, B.Sc, MM. Pasangan yang maju
lewat jalur independen ini pun melampirkan dokumen dukungan 7.200 (syarat
minimal 5.400) lembar fotocopy KTP warga Kota Langsa.
Berikutnya, pasangan
Zulkifli Zainon - Syaifullah mendaftar ke KIP Kota Langsa melalui jalur
gabungan partai politik: Partai Golkar, PDI-Perjuangan, Hanura, Partai Keadilan
Sejahtera dan Gerindra.
Selanjutnya, pasangan H.
Jauhari Amin, SH, MH - Drs. H. Razali Yusuf, SH, MH, MPd yang diusung oleh PPP,
PAN dan Partai Sira tak ketinggalan mendaftarkan diri ke KIP Kota Langsa. Yang
cukup hangat, KIP Kota Langsa kedatangan pasangan Usman Abdullah SE – Drs.
Marzuki Hamid MM yang diusung oleh Partai Aceh.
Setelah melalukan
verifikasi dokumen pencalonan, KIP Kota Langsa akhirnya menetapkan 13 pasangan
calon wali kota dan calon wakil wali kota yang secara resmi berhak mengikuti
pemilihan kepala daerah yang direncanakan berlangsung tanggal 16 Februari 2012.
Dan KIP Kota Langsa menetapkan pula nomor urut para pasangan tersebut sebagai
berikut:
1. Pasangan Tgk. H.
Syech Muhazir, S.Ag., LLM - H. Kamarullah, S.Ag
2. Pasangan Syaifuddin
H Amin, SE., MM - Tgk. Bahagia AB, SE
3. Pasangan Drs.
Zulkifli Zainon, MM - Syaifullah, SH, MH, MM
4. Pasangan Drs.
Saifuddin Razali, MM, M.Pd - Drs. Abdullah Itam, B.Sc, MM
5. Pasangan Ilyas M.
Ali, S.Ag - Ir. Azhari Hamid, M.Eng
6. Pasangan H. Zulham,
SE - H. Juaini Gade, SH., MM
7. Pasangan Fadli
Zainal, ST. - TM. Yusuf, SE
8. Pasangan H. Askari
Usmanuddin, ST - H. Cut Gade
9. Pasangan Mulya
Sarjana - Ibnusina, SPH.
10. Pasangan Hj.
Soraya Hasbi - Ir. Bachtiar Harun, MS
11. Pasangan Jauhari,
SH., MH - H. Razali Yusuf, SH., MM., M.Pd
12. Pasangan Abdul
Wahab, SE - Drs. Ambia Adek
13. Usman Abdullah SE
– Drs Marzuki Hamid MM.
Rupanya rencana
pencoblosan tanggal 16 Februari 2012 harus mundur karena adanya keputusan
Mahkamah Konstitusi (MK) yang memerintahkan KIP harus membuka kembali
pendaftaran calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah.
“Hasil pleno KIP
menetapkan pemungutan suara semula 16 Februari diundur menjadi 9 April 2012
mendatang,” jelas Ketua KIP Kota Langsa, Agusni, usai mengikuti rapat pleno KIP
Aceh, akhir Januari 2012.
Tibalah saatnya hari
pencoblosan, 9 April 2012. Warga Kota Langsa yang memiliki hak pilih
menyampaikan aspirasi mereka di bilik-bilik suara yang tersebar berbagai lokasi
kota. Lima hari berselang, 14 April 2012, KIP Kota Langsa menggelar rapat pleno
Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara pada Pemilihan Umum
Wali Kota/Wakil Wali Kota Langsa tahun 2012.
Hasil rapat pleno itu
menyebutkan pasangan Calon Wali Kota - Wakil Wali Kota nomor urut 1, H.Syeh
Muhajir - H.Kamarullah, meraih suara 6.571 atau 9,65 persen. Pasangan nomor
urut 2, Saifuddin H.Amin – Bahagia, memperoleh 1.901 suara atau 2,79 persen. Lalu
pasangan nomor urut 3, Zulkifli Zainon – Syaifullah, meraih 19.018 suara atau
27,92 persen. Berikutnya, pasangan nomor urut 4, Saifuddin Razali - H. Abdullah
Itam, meraup 5.988 suara atau 8,79 persen. Pasangan nomor urut 5, Ilyas Ali -
Azhari Hamid, memperoleh 720 suara atau 1,06 persen. Lantas pasangan nomor urut
6, H.M.Zulham - Juaini Gade, dengan perolehan suara 6.931 atau 10,18 persen.
Selanjutnya pasangan
nomor urut 7, Fadli Zainal - T.M.Yusuf, mendapatkan 805 suara atau 1,18 persen.
Pasangan nomor urut 8, H. Askari Usmanuddin - H. Cut Gade, mearih 800 suara
atau 1,17 persen. Lalu pasangan nomor urut 9, Mulya Sarjana - Ibnu Sina, dengan
raihan 776 suara atau 1,14 persen. Pasangan nomor urut 10, Hj.Soraya Hasbi -
H.Bahctiar Harun memperoleh 976 suara atau 1,43 persen. Pasangan nomor urut 11,
H. Jauhari Amin - H. Razali Yusuf dengan perolehan suara 8.404 atau 12,34
persen. Pasangan nomor urut 12, Abdul Wahab - Ambia Adek meraup 585 suara atau
0,86 persen. Dan pasangan nomor urut 13, Usman Abdullah - Marzuki Hamid atau
yang disingkat Umara, meraih 14.641 atau 21,48 persen.
Karena tidak ada
pasangan calon yang berhasil memperoleh lebih dari 30 persen suara, KIP Kota
Langsa memutuskan dilakukannya pemilihan putaran kedua. Dari hasil perolehan
suara semua calon pasangan, KIP Kota Langsa menetapkan pasangan nomor urut 3
Zulkifli Zainon - Syaifullah dan pasangan nomor urut 13 Usman Abdullah -
Marzuki Hamid atau yang disingkat Umara berhak mengikuti Pemilihan Umum Kepala
Daerah Kota Langsa putaran kedua. Penetapan itu dikukuhkan dengan Keputusan KIP
Kota Langsa Nomor 31 Tahun 2012 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Perolehan Suara Pada Pemilihan Umum Wali Kota/Wakil Wali Kota Langsa tahun
2012, yang dibacakan oleh Ketua KIP Kota Langsa, Agusni, pada rapat pleno
terbuka KIP yang digelar di aula SMKN-3 Langsa, Sabtu (14/4/2012).
Dengan tenggat waktu maksimal
60 hari, KIP Kota Langsa akhirnya memutuskan pelaksanaan pencoblosan putaran
kedua tanggal 14 Juni 2012. Dan, sesuai rencana, tanggal 14 Juni 2012 rakyat
Kota Langsa yang memiliki hak pilih kembali masuk bilik-bilik suara untuk
menentukan salah satu dari dua pasangan yang dipercaya memimpin Kota Langsa
periode 2012-2017.
Sekitar sepekan
kemudian, Rabu (20/6/2012), KIP Kota Langsa menggelar rapat pleno terbuka
penetapan rekapitulasi penghitungan hasil perolehan suara Pilkada putaran dua
di Aula Hotel Harmoni Langsa. Rapat dipimpin oleh Ketua KIP Langsa Agusni AH,
didampingi empat anggota komisioner dan Sekretaris KIP Syamsul Bahri SE.
Dari hasil
rekapitulasi yang telah dilakukan, pasangan calon nomor urut 3 atas nama Drs
Zulkifli Zainon MM dan Syaifullah SH MM MH memperoleh suara sebanyak 25.421
suara atau 41,45 persen. Dan pasangan calon nomor urut 13 atas nama Tgk Usman
Abdullah SE dan Drs Marzuki Hamid MM memperoleh suara terbanyak, yakni 35.911
suara atau 58,55 persen.
“Berdasarkan penetapan
rekapitulasi hasil perolehan suara, selanjutnya KIP Kota Langsa menetapkan
pasangan calon Tgk Usman Abdullah SE dan Drs Marzuki Hamid MM sebagai calon
terpilih Wali Kota dan Wakil Wali Kota Langsa periode 2012-2017,” jelas Ketua
KIP Langsa Agusni AH.
Dari data KIP Kota
Langsa, pada Pilkada putaran dua tanggal 14 Juni 2012, total pemilih yang
menggunakan hak suaranya sebanyak 62.857 suara. Dari total jumlah tersebut,
suara sah sekitar 61.332 suara, dan yang tidak sah mencapai sekitar 1.525
suara. Sedangkan yang tidak menggunakan hak suaranya sebanyak 47.635 pemilih
dari total 110.492 pemilih.
Pada tanggal 27 Agustus
2012, Gubernur Aceh Zaini Abdullah (berdasarkan SK Mendagri Nomor 132.11-527
dan 132.11-528 Tahun 2012) melantik Usman Abdullah dan Marzuki Hamid menjadi
Wali Kota dan Wakil Wali Kota Langsa periode 2012-2017. Keduanya pun langsung
bekerja memenuhi janji-janji selama masa kampanye dan menjalankan semaksimal
mungkin visi-misi pembangunan Kota Langsa dalam rentang waktu 2012-2017.
C.
Membenahi
Kota Langsa dengan Spirit Kebersamaan
Ketika melantik Usman
Abdullah dan Marzuki Hamid sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Langsa periode
2012-2017, Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, berharap kedua pemimpin ini dapat
menjalankan amanah rakyat dengan penuh tanggung jawab.
“Kota Langsa harus
memiliki pelabuhan bertaraf international, apalagi kota yang memiliki 154.722
jiwa (BPS 2012) ini cukup banyak potensi sumber kekayaan baik dari Sumber Daya
Alam maupun hasil pertanian dan sektor perikanan,” tutur Gubernur Zaini
Abdullah menaruh harapan besar kepada duet Usman Abdullah dan Marzuki Hamid.
Mengawali
kepemimpinannya, Usman Abdullah langsung mengajak Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjaga
disiplin kinerja dan waktu. Kemudian melakukan sosialisasi visi dan misinya.
Yang paling menonjol adalah penerapan Syariat Islam, peningkatan kualitas SDM
serta membangun perekonomian masyarakat Kota Langsa. Langsa merupakan salah satu kota otonom
termuda di Provinsi Aceh. Secara geografis daerah ini mempunyai kedudukan strategis
baik dari segi ekonomi ataupun sosial budaya. Sarat potensi di bidang industri, perdagangan dan
pertanian, Kota Langsa memiliki prospek yang baik bagi pemenuhan pasar dalam negeri
dan luar negeri. Untuk memenuhi semua harapan dan cita-cita itu. “Kami siap
memberikan pelayanan dan memberikan kemudahan investasi di Kota Langsa,” kata
Usman Abdullah sebagaimana dikutip Tim POLITIKA,
7 Maret 2014.
“Tidak ada lagi
birokrasi yang berbelit-belit, semua tahapan harus sesuai dengan prosedur. Kami
ingin berikan pelayanan yang optimal dan maksimal kepada warga masyarakat mulai
dari perizinan, sektor pendidikan, kesehatan dan akses publik,” ungkap Usman Abdullah didampingi
Wakil Wali Kota Langsa, Marzuki Hamid.
Sektor perizinan, Usman
Abdullah berharap tidak ada lagi pungutan liar dan berjalan sesuai prosedur
yang berlaku. “Kami ajak investor, kami tidak mempersulit investasi, jika perlu tanah milik pemerintah, kami
gratiskan untuk jangka waktu tertentu,”
katanya.
Bidang kesehatan pun
demikian. “Kami lakukan inspeksi mendadak (Sidak) satu bulan 4 (empat) kali ke
rumah sakit di Kota Langsa. Kami wawancara langsung dengan pasien terkait
pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis,” ungkap alumni Fakultas Ekonomi
Universitas Samudera, Kota Langsa, tahun 2011 ini.
“Intinya kami ingin
memberikan pelayanan yang maksimal, agar semua warga masyarakat merasa puas,” ujar
orang nomor satu di Pemerintahan Kota Langsa itu.
Terobosan penyederhanaan
birokrasi dan pelayanan kesehatan tersebut tidak lain semata-mata untuk
mewujudkan Kota Langsa sebagai kota jasa, industri dan perdagangan. Semangat
ini diharapkan menjadi yang terbaik dari 23 kabupaten kota yang ada di Provinsi
Aceh. Berbagai upaya telah dilakukan, memfasilitasi beroperasinya kembali
industri yang telah mati suri seperti PT Gruti, memfasilitasi beroperasinya
pelayaran kapal ferry dari pelabuhan Kuala Langsa ke Penang. Kemudian
pembangunan rumah sakit regional, pembangunan pabrik minyak goreng, penataan
pusat pasar Langsa dan pembangunan pasar tradisional di masing-masing kecamatan
serta menata hutan kota dan hutan mangrove sebagai destinasi wisata.
Berbagai dukungan terhadap
kepemimpinan Wali Kota Usman Abdullah telah pula diperoleh. Usman Abdullah menyebut
antara lain pemberian hibah tanah seluas 50 hektar dari PTPN 1 dan 51 hektar
dari PT Timbang Langsa, dukungan dana pembangunan rumah sakit regional dari
Pemerintah Jerman dan komitmen pembangunan pabrik minyak goreng dengan
Pemerintah Pusat. Wali Kota Langsa juga berharap dukungan dari Paduka Yang
Mulia Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar, untuk berkenan memfasilitasi kehadiran
investor agar bersedia menanamkan modalnya di Kota Langsa.
Gayung bersambut. Paduka
Yang Mulia Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar, tampak memberikan perhatian
serius kepada Kota Langsa. Hal ini (di antaranya) tercermin pada prosesi peusijuk Wali Nanggroe dan sekaligus
pengukuhan Majelis Adat Kota Langsa, pada Jum’at tanggal 7 Maret 2014 lalu, yang
berlangsung khidmat.
Wali Nanggroe pun
berjanji memberikan dorongan kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota untuk
menjadikan Langsa sebagai kota jasa, perdagangan dan industri bagi tiga
kabupaten yang tersebar di pantai timur Aceh ini. Kota Langsa memiliki
kesenjangan sosial relatif lebih baik, bukan tidak mungkin suatu saat nanti
kota ini akan menjadi pusat urbanisasi rakyat Aceh. Kerjasama antar
pemerintahan kabupaten-kota menjadi sangat penting untuk dibangun secara
sinergis dan saling memperkuat pertumbuhan ekonomi.
“Itu salah satu wujud
dari misi perdamaian Aceh,” terang Paduka yang Mulia Wali Nanggroe, Malik
Mahmud Al-Haytar. Dengan strategi itu,
kata Malik Mahmud Al-Haytar, secara bertahap sudah menuju ke arah pencapaian
tujuan besar dari amanah indatu
dengan pertumbuhan ekonomi Aceh bergerak secara berkelanjutan lingkungan,
berkeadilan ekonomi dan berkeadilan sosial.
“Jangan hilang jati
diri kita sebagai bangsa yang bermartabat, Aceh sudah mewarisi segala kebaikan
yang diajarkan Rasulullah SAW yang diterima
indatu, raja kita dan para ulama hingga terbentuknya lembaga Rakyat Aceh,
lembaga adat di Aceh,” kata Wali Nanggroe.
“Jangan seperti satu
kapal yang telah hilang kemudi. Hilang kompas masih bisa berlayar, tapi kalau
hilang kemudi maka kita hanya dibawa arus, kalau kena angin topan didamparkan
kepada batu karang dan kita akan hancur,” tutur Paduka yang Mulia Wali
Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar.
Bersyukur Usman
Abdullah mendapatkan pasangan yang cocok Marzuki Hamid. Wakil Wali Kota Langsa
ini mengaku pula sangat siap menjadikan Langsa sebagai kota jasa, industri dan perdagangan.
Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam upayanya mendukung dan memperkuat
kinerja Usman Abdullah, Marzuki Hamid mengawali dengan pembinaan moral untuk
peningkatan kualitas SDM di Kota Langsa.
“Ketika moral sudah
baik maka pekerjaan yang dihasilkan juga semakin baik,” tutur Wakil Wali Kota
Langsa ini. Terobosan untuk ini, kata Marzuki Hamid, “Kami sirami dengan
tausiah melalui program rutin Pemerintah Kota Langsa berupa safari Magrib
setiap bulan dan safari subuh setiap hari Sabtu.”
Selain itu, Marzuki
Hamid juga berada di garis depan dalam mengembalikan semangat gotong-royong yang
sudah mulai hilang di kalangan warga masyarakat Aceh secara keseluruhan dan
khususnya Kota Langsa.
Dikatakan, meskipun
beberapa gampong (desa) masih ada
yang menjaga tradisi gotong-royong, namun hal itu sangat minim dan tidak sebanding
dengan gampong-gampong yang telah melupakan
tradisi ini, bahkan menolak sebagai tradisi zaman kuno. Padahal, budaya
gotong-royong merupakan tradisi dan ciri khas dari masyarakat Aceh tempo dulu.
Karena, gotong-royong merupakan salah satu media bagi warga masyarakat dalam
menjaga ukhuwah, membangun daerah, menjaga ketahanan dan menjalankan perintah
agama.
Pemerintah Kota Langsa
saat ini terus berupaya mengangkat kembali budaya gotong-royong bersama warga masyarakat
agar kembali menjadi tradisi. Sehingga, Kota Langsa yang sedang mewujudkan diri
menjadi kota berperadaban Islami dapat berjalan dengan baik.
“Kami mengajak seluruh
warga masyarakat Kota Langsa, agar bergerak dan membangun kembali budaya
gotong-royong sebagai tradisi masyarakat Aceh,” pinta Marzuki Hamid seraya
menambahkan, para pimpinan gampong
juga harus mengajak warga masyarakat untuk mewujudkan hal dimaksud.
Tampak jelas bahwa
duet kepemimpinan Usman Abdullah dan Marzuki Hamid telah menorehkan sejumlah
perbaikan ekonomi, sosial dan politik di Kota Langsa. Keduanya bertekad untuk
bekerja keras mewujudkan Kota Langsa yang unggul dan berdaya saing.
D.
Kembali
Memimpin Kota Langsa
Menjelang tengah tahun
2016 lalu, gelagat politik Kota Langsa menggeliat. Sekitar setahun menjelang masa akhir
pengabdian Wali Kota Langsa periode 2012-2017 dan Pilkada serentak 2017 itu muncul
perempuan bakal calon (balon) Wali Kota Langsa Hj Yuniar, SP, MSi. Praktis,
kemunculan perempuan ini mengubah skema pentas percaturan politik Wali Kota
Langsa yang didominasi wajah-wajah lama.
Kehadiran balon kaum
hawa sempat mengejutkan sejumlah nama kandidat wajah lama yang lebih dulu
muncul memproklamirkan dirinya sebagai kandidat Wali Kota Langsa dari berbagai
latar belakang, pun sejumlah Partai Nasional yang ada di daerah itu mulai
berubah arah, selain balon petahana (incumbent)
yang diusung partai lokal Partai Aceh.
Para balon yang sudah
lebih dulu meramaikan pentas politik menjadi orang nomor satu antara lain Usman
Abdullah, SE (balon incumbent) yang
dipastikan maju kembali diusung Partai Aceh (PA).
Kemudian ada sosok H
Jauhari Amin, SH, MH, seorang kandidat balon Wali Kota Langsa 2017 – 2022 dari kalangan
birokrat. Dia adalah seorang PNS yang pernah gagal pada pemilihan Wali Kota
Langsa pada tahun 2012 yang saat itu berpasangan dengan H Razali Yusuf.
Pasangan H Jauhari
Amin - H Razali Yusuf ketika itu diusung Partai Persatuan Pembangunan dan Partai
Amanat Nasional, di mana pada putaran pertama pemilihan pasangan ini dikalahkan
pasangan Usman Abdullah, SE - Marzuki Hamid, MM yang diusung Partai Aceh (PA)
dan Drs Zilkifli Zainon, MM -Saifullah, SH yang diusung Partai Golkar dan kawan-kawan.
Kandidat balon lainnya
adalah Fazlon Hasan dari kalangan aktivis yang juga pengusaha dan masih Ketua
Generik Forum Perjuangan Keadilan Rakyat Aceh (FOPKRA). Dia pernah gagal meraih
kursi utusan daerah (DPD – RI) asal Aceh di nomor urut 12 pada Pemilu 2014. Dan
kali ini Fazlon Hasan ikut maju menjadi Balon Wali Kota Langsa dengan mengusung
slogan ”Teman semua golongan, Sahabat semua suku”.
Ada lagi kandidat balon
Heldiansyah Z Mard. Kandidat yang berasal dari kalangan pengusaha ini pernah pula
ikut Pilkada pemilihan Bupati Aceh Timur 2006 sebagai wakil pasangan dari Drs H
Azman Usmanuddin yang ketika itu diusung Partai Golkar dan 4 Parnas lainnya namun
gagal meraih kursi menjadi orang nomor satu di Aceh Timur. Saat itu Pilkada
Aceh Timur dimenangkan oleh pasangan Muslem Hasbalah - Nasruddin, S.Pd.l
melalui jalur perseorangan.
Selanjutnya balon dari
kalangan pengusaha emas (Kohinor) H Asy’ari, S.Pd.I, MPd yang maju melalui
jalur perseorangan. Dia mengusung slogan ”Ingin menjadi pembaharu demi perubahan
yang lebih maksimal di segala aspek sosial dan pembangunan ekonomi, menuju Kota
Langsa sebagai kota pendidikan, perdagangan sehingga pembangunan ekonomi yang
berkeadilan serta merata di Kota Langsa akan lebih makmur“.
Dari semua kandidat
itu, kemunculan perempuan politisi dari Partai Golkar Hj Yuniar, SP,MSi ini
menggoyang panggung politik di Kota Langsa. Kemunculan Hj Yuniar, SP, MSi yang
notabane anggota DPR Provinsi Aceh dua periode 2009–2014 dan 2014–2019,
sebelumnya juga Anggota DPRK Kota Langsa dua periode, ini jelas mengubah skema
politik yang sudah dirancang partai nasional di Kota Langsa.
Setelah melalui
serangkaian tahapan pendaftaran sampai verifikasi dokumen persyaratan, pada
tanggal 24 Oktober 2016, KIP Kota Langsa kemudian menetapkan lima pasangan
bakal calon wali kota Langsa yang sah dan berhak maju dalam pemilihan kepala
daerah (Pilkada) serentak yang direncanakan berlangsung 15 Februari 2017.
Dari kelima pasangan
yang ditetapkan sebagai calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Langsa itu tercatat
tiga pasang melenggang melalui jalur partai politik, masing-masing pasangan Yuniar-Heldiansyah
Z Mard (Partai Golkar), Fazlun Hasan - Syahyuzar AKA (PPP dan PAN), dan
pasangan Usman Abdullah - Marzuki Hamid (Partai Aceh dan Partai Keadilan Sejahtera).
Kemudian dua pasangan maju lewat jalur independen, yakni pasangan Asy'ari - T.
Muhammad Nurdin dan pasangan Syaifuddin H Amin - Khairul Anwar.
Ketua Komisi
Independen Pemilihan (KIP) Kota Langsa, Agusni AH, seperti dikutip AJNN, mengatakan, lima pasangan ini
ditetapkan karena telah
memenuhi syarat maju dalam Pilkada serentak 2017. "Lima pasangan calon ini
telah melewati semua tahapan yang ditentukan oleh KIP untuk maju sebagai
kandidat," ujar
Agusni.
Sehari berselang, 25
Oktober 2016, KIP Kota Langsa menggelar rapat pleno terbuka pengundian nomor
urut pasangan calon peserta pemilihan Wali Kota dan Wakil Kota Langsa tahun
2017 di aula SMKN 3 Kota Langsa.
Rapat pleno yang
awalnya dijadwalkan pukul 09.00 WIB molor satu jam dan dimulai pukul 10.00 WIB,
setelah dihadiri semua (atau lima) pasangan calon. Rapat pleno terbuka ini
dipimpin Ketua KIP, Agusni AH, dan komisioner Marida Fitriani, Kasrun,
Ngatiman, dan Syukri, juga dihadiri Ketua DPRK, Burhansyah SH, Kapolres, AKBP H
Iskandar ZA SIK, lima komisioner Panwaslih, dan undangan lainnya.
Hasilnya, nomor urut
kelima pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Langsa periode 2017-2022
itu sebagai berikut :
·
Nomor urut 1 (satu) pasangan H Asy'ari
SPdI MPd dan T Muhammad Nurdin SHi MEI.
·
Nomor urut 2 (dua) pasangan Hj Yuniar
SP MSi dan Heldiansyah Z Mard SE MAp.
·
Nomor urut 3 (tiga) pasangan Fazlun
Hasan dan Syahyuzar AKA SSos.
·
Nomor urut 4 (empat) pasangan Usman
Abdullah SE dan Drs H Marzuki Hamid MM.
·
Nomor urut 5 pasangan Drs Syaifuddin H
Amin MM dan Khairul Anwar SH MH.
Tanggal 15 Februari
2017, berlangsung masa pencoblosan bagi warga Kota Langsa untuk memilih sosok
yang bakal memimpin mereka pada rentang periode 2017-2022. Dari total pemilih
109.885, hanya 73.816 (67,2 persen) yang memberikan atau menggunakan hak
menyalurkan suara. Sekitar sepekan
kemudian, 22 Februari 2017 pukul 10.55 WIB, KIP Kota Langsa menggelar rapat
pleno rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara para calon wali kota dan
calon wakil wali kota. Rincian peroleh masing-masing pasangan sebagai berikut:
Nmr urut
|
Pasangan Calon
|
Perolehan
|
Prosentase
|
1
|
H
Asy'ari SPdI MPd - T Muhammad Nurdin SHi MEI
|
2.175
|
3,07
|
2
|
Hj
Yuniar SP MSi - Heldiansyah Z Mard SE MAp
|
13.686
|
19,26
|
3
|
Fazlun
Hasan - Syahyuzar AKA SSos
|
19.549
|
27,72
|
4
|
Usman
Abdullah SE - Drs H Marzuki Hamid MM
|
34.345
|
48,40
|
5
|
Drs
Syaifuddin H Amin MM - Khairul Anwar SH MH
|
1.098
|
1,56
|
Rupanya pasangan nomor
urut 3 Fazlun Hasan - Syahyuzar AKA SSos merasa tidak puas atas hasil
rekapituliasi perhitungan suara yang dilakukan dan ditetapkan oleh KIP Kota
Langsa. Pada 27 Februari, melalui kuasa hukum T. Arifin SH dan Galih Aria
Pamungkas SH, pasangan nomor urut tiga tersebut mengajukan gugatan atas
penetapan hasil perolehan suara yang dilakukan KIP Kota Langsa ke Mahkamah
Konstitusi (MK) Jakarta. Mereka menduga KIP Kota Langsa (Termohon) dan pasangan
calon nomor urut 4 (Pihak Terkait) melakukan kecurangan dalam pemilihan kepala
daerah Kota Langsa yang dilaksanakan pada 15 Februari 2017.
Setelah melalui
beberapa kali persidangan, pada 4 April 2017, melalui sidang terbuka, Majelis
Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) yang diketuai Arief Hidayat memutuskan
mengabulkan eksepsi termohon perihal tenggang waktu pengajuan gugatan dan
menyatakan permohonan pemohon pasangan calon wali kota dan wakil wali kota
Langsa, Fazlun Hasan dan Syahyuzar, tidak dapat diterima.
Pembacaan putusan
tersebut dihadiri oleh delapan orang hakim Mahkamah Konstitusi, dan seluruh
pihak pemohon dan kuasa hukum, beserta termohon dan kuasa hukumnya. Hakim MK
jelas menyampaikan dalam amar putusannya, permohonan pemohon tidak dapat
diterima.
Selanjutnya, dengan
adanya putusan MK tersebut, pada 7 April 2017, KIP Kota Langsa menetapkan Usman
Abdullah-Marzuki Hamid (UMARA) telah sah menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota
Langsa terpilih periode 2017-2022.
Penetapan tersebut
dilaksanakan dalam rapat pleno yang dipimpin Ketua KIP, Agusni AH, didampingi
komisioner Ngatiman, Kasrun, Syukri dan Marida Fitriani yang dihadiri Muspida
plus Kota Langsa, anggota DPR, Ormas, OKP, LSM, PPK, PPS, Panwaslih Langsa,
pimpinan partai politik, tokoh masyarakat serta undangan lainnya.
Ketua KIP Kota Langsa
menyampaikan bahwa rapat pleno penetapan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Langsa
terpilih, seyogianya dilaksanakan pada 8-10 Maret 2017. Namun karena ada
gugatan dari paslon nomor urut 3, Fazlun Hasan-Syahyuzar AKA, ke Mahkamah
Konstitusi (MK), jadwal penetapan ini harus disesuaikan kembali.
"Alhamdulillah
setelah melalui proses persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK) RI, majelis menyatakan
bahwa permohonan termohon tidak dapat diterima, maka keputusan itu menjadi
pedoman KIP untuk melakukan penetapan ini," ujar Agusni AH.
Kemudian, sambung
Agusni, KIP Kota Langsa memberikan apresiasi kepada calon paslon nomor urut 3
Fazlun Hasan-Syahyuzar AKA, karena telah melakukan proses keberatan secara
benar dengan mengajukan permohonan ke MK dan kepada calon lain pihaknya juga
memberikan apresiasi karena telah bersikap sportif dalam menerima hasil Pilkada
serentak 2017.
Dan, akhir Agustus
2017 ini, Gubernur Aceh melantik Usman Abdullah dan Marzuki Hamid menjadi Wali
Kota dan Wakil Wali Kota Langsa periode 2017-2022. Duet yang senantiasa menjaga
kekompakan ini siap melanjutkan dan menyelesaikan berbagai program pembangunan
yang belum tuntas di periode 2012-2017. (*)
Komentar
Posting Komentar