Bab
7
RAKYAT-masyarakat
Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel) kini boleh berlega hati. Mereka tak perlu
lagi jauh-jauh mencari pekerjaan ke Kota Manokwari atau kota-kota besar lainnya
Indonesia Bagian Timur. Hal ini ditandai dengan penerimaan 1.152 tenaga honorer
baru di lingkungan Pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan pada pertengahan
tahun 2017 ini.
Membuka lapangan kerja
dengan memberikan kesempatan utama kepada pencari kerja di lokal Mansel untuk
menjadi tenaga honorer, merupakan harapan dan prioritas pembangunan sumber daya
manusia Pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan. Meskipun penerimaan itu jelas akan
menjadi beban bagi kemampuan keuangandaerah. Namun bagi Bupati Markus Waran
tidaklah mengapa. Dia berusaha konsisten pada salah satu fokus pembangunan
Kabupaten Manokwari Selatan, yakni membuka lapangan kerja bagi penduduk berusia
produktif.
Menurut Bupati Markus
Waran, sebanyak 1.152 tenaga honorer segera menerima surat keputusan. Mereka
tersebar di seluruh (31) SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang ada di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan. “Sebenarnya kondisi keuangan kami tidak
bagus. Tetapi kebijakan yang kita dahulukan, untuk mengakomodir dan mengamankan
semua saudara-saudara kami yang di Kabupaten Manokwari Selatan ini,” jelas Bupati
Markus.
Walaupun setiap bulan
mereka (honorer) hanya terima upah yang tidak besar, ujar Bupati Markus, minimal
telah ada kepedulian Pemerintah Daerah Kabupaten Manokwari Selatan untuk
menjawab kesenjangan, ketertinggalan dan keterbelakangan yang ada dengan
melibatkan warga lokal. Pemekaran wilayah ini harus pula diisi oleh sumber daya
manusia (SDM) yang memadai dari warga local Manokwari Selatan.
Mengingat keterbatasan
keuangan (Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah/APBD) Pemerintah Kabupaten
Manokwari Selatan, Bupati Markus Waran menegaskan bahwa tidak semua pencari
kerja (pencaker) lokal Mansel dapat diakomodir dalam penerimaan tenaga honorer.
Karena, jelasnya, APBD Manokwari Selatan
juga harus digunakan untuk membangun daerah ini.
“Kalau kita terima
semua tenaga honorer, terus mau bangun apa? Ada bangun jalan, ada bangun
sekolah, ada bangun rumah. Ada hal-hal lain yang perlu dan dibutuhkan dalam
membangun,” tegas Bupati Markus Waran ketika melakukan tatap muka dengan para
pencaker, Selasa (6 Juni 2017), di Pendopo Kantor Bupati seperti dilansir
Kantor Berita Antara.
Didampingi Kasatpol
Davit Auri dan Kepala BKD Adolof Kawei, Bupati Markus Waran berharap mereka yang
belum diterima menjadi honorer dapat bersabar, menunggu peluang lain yang
sedang dipersiapkan oleh daerah. Karena kalau dipaksakan menerima semua
pencaker, maka APBD Mansel hanya akan dipakai
untuk membayar upah tenaga honorer, sementara daerah ini masih harus terus
membangun di berbagai sector kehidupan. “Terus kalau dimasukkan, mau dibayar
pakai apa. Yang 1.316 orang saja, ada yang tidak terbayarkan. Ada yang datang
lapor pak bupati, saya ini sudah honorer, tapi tidak dibayar. Yang seperti ini
yang masuk tidak lewat prosedur,” lelaki kelahiran 31 Mei 1976 ini menegaskan
sembari mengingatkan bahwa ke depan tidak boleh lagi ada pencaker yang diterima
tanpa sepengetahuan bupati alias “lompat jendela” sebab pemerintah kabupaten
tidak akan membayar honor mereka.
A.
Prioritas
Membangun Sumber Daya Manusia
Duet kepemimpinan
Bupati Markus Waran dan Wakil Bupati Wempi Welly Rengkung dapat dikatakan fokus
membangun sumber daya manusia (SDM) di masa-masa awal pengabdiannya. Rekrutmen
tenaga honorer yang memprioritaskan warga asli Manokwari Selatan tidak lain
sebagai upaya mengimplementasikan misi penataan SDM pemerintahan sesuai
kebutuhan dan afirmasi orang Papua dengan tetap mengedepankan kualitas dan
kompetensi manusia.
Sebab itu, pada
kesempatan apel gabungan di awal Juni 2017 lalu, Wakil Bupati Manokwari Selatan
Wempi Welly Rengkung menandaskan bahwa kesempatan rekrutmen tenaga honorer ini
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh mereka yang telah menerima surat
keputusan bupati. “Buktikan bahwa yang diterima adalah orang-orang yang siap aktif
berpartisipasi membangun daerah ini. Jangan sekadar mencari pekerjaan untuk
sekadar sedikit penghasilan, tetapi kewajiban tidak dilaksanakan. Bupati juga
berpesan agar kalian memperhatikan tugas-tugas yang diberikan pimpinan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD),” tandas Wempi.
Para pimpinan SKPD,
pesan lanjut Wempi Welly, dapat membimbing dan membagikan tugas sesuai fungsi
dari SKPD masing-masing. Hal ini akan menjadi ukuran sejauh mana kemampuan
pimpinan SKPD dalam menjabarkan kebijakan kepala daerah untuk menempatkan
tenaga kerja di satuan kerja yang dipimpin.
Jumlah yang diterima
di setiap SKPD, jelas Wempi, telah diketahui oleh masing-masing pimpinan,
sehingga tidak ada alasan lagi untuk menunda-nunda tugas yang akan dan harus
dikerjakan.
Selanjutnya, untuk
memulai menjalankan tugas, Wempi berpesan, agar setiap tenaga kerja dapat
menanda-tangani surat pernyataan perjanjian kerja. “Ada aturan yang mengatur
hak dan kewajiban, berapa penghasilan dari masing-masing tenaga kerja sesuai
strata pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA hingga S1 dan S2. Kalau ada
perbedaan, itu bukan karena keinginan, tetapi itu sudah aturan baku,” ungkap
Wempi.
Dengan adanya
penerimaan tenaga honorer ini, Wempi berkeyakinan, ke depan Manokwari Selatan
akan semakin maju dan berkembang. Ada sejumlah tenaga-tenaga yang diharapkan
mampu membawa perubahan bagi daerah ini. Sebab itu, dia berharap para tenaga
yang baru direkrut tersebut bekerja secara optimal menunjukkan kemampuan dan
kompetensinya. Dibutuhkan persaingan untuk membuktikan sumber daya manusia dan hasil
yang terbaik.
Masih seputar tenaga
honorer asli Manokwari Selatan, Wakil Bupati Wempi Welly meminta agar mereka
jujur dari nurani terdalam apakah dirinya membebani atau semakin memperkuat
kinerja pemerintahan kabupaten. Pasalnya, dari hasil pertemuan bupati, wakil
bupati dan para pimpinan SKPD dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) diketahui
ada sejumlah tenaga honorer yang tercatat namanya ada di OPD/SKPD sekaligus
tercatat pula sebagai penerima upah di kampong asalnya.
“Masih ada tenaga
kontrak yang menyandang kepala kampung, ada juga di SKPD. Masih ada di Distrik
Neney, Isim dan Oransbari. Mereka yang masih menyandang Kaur atau kepala
kampung harus memilih. Mau di kampung atau bekerja di SKPD,” tegas Wempi di
hadapan peserta apel sore gabungan di halaman Kantor Bupati, awal Juli 2017.
Penegasan ini, menurut
Wempi, bukan untuk melakukan pengurangan jumlah tenaga honorer, tetapi lebih
kepada optimalisasi dan disiplin pegawai. Karena tidak boleh satu orang honorer
menerima upah dobel dari pemerintah daerah. “Kami akan terus jalin kebersamaan
pimpinan SKPD untuk mengevaluasi kejujuran dan kinerja para tenaga honorer.
Penyempurnaan dilakukan pada bulan Agustus (2017),” kata Wempi.
Duet kepemimpinan
Markus Waran – Wempi Welly akan terus rutin menggelar apel gabungan dan mewajibkan
pimpinan ikut serta menjadi bagian seremoni apel tersebut. Dia berharap
kehadiran pimpinan SKPD dalam setiap apel, dapat memperbaiki disiplin pegawai
baik Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun tenaga honorer. “Pimpinan SKPD yang
ikut apel, bisa memantau pegawainya. Masih banyak yang perlu dibenahi. Sesuai
petunjuk bupati, pimpinan SKPD harus mengetahui kinerja pada pegawainya,”
jelasnya.
Markus Waran
benar-benar ingin membangun sumber daya manusia Manokwari Selatan, terutama
dimulai dari disiplin dan ketaatan mengikuti peraturan yang telah digariskan
bersama. Tanpa disiplin dan ketaatan pada peraturan, sumber daya manusia akan
kehilangan derajat dan martabat diri manusia. Lebih jauh lagi, mereka akan
sulit bersaing lantaran kualitas kerja yang relatif rendah.
Bupati Markus meyakini
bahwa pembangunan memang harus dimulai dari membangun mutu dan kualitas manusianya.
Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, maka potensi sumber daya alam di
atas dan di dalam perut bumi Kabupaten
Manokwari Selatan akan teronggok sia-sia tanpa nilai tambah. Bahkan, tidak dapt
diolah sama sekali.
Selain kualitas diri
sumber daya manusia, Bupati Markus Waran juga menekankan pentingnya kualitas
kerekatan dan solidaritas sosial mengingat warga Manokwari Selatan relatif
heterogen, baik dari sisi ras, kesukuan maupun agama. Kerekatan dan solidaritas
sosial itu berusaha diwujudkan dengan mulai merajut jalinan antar-aparatur
tanpa memandang latar belakang SARA (Suku Agama Ras dan Antar-golongan). Sekadar
contoh, pada Hari Raya Idul Fitri 1438H/2017 M, Bupati Markus Waran memberikan
ucapat Selamat Idul Fitri kepada jajaran ASN dan tenaga honorer yang beragama
Islam.
Tidak hanya sebatas
ucapan Idul Fitri, Bupati Markus pun tak ingin mengulangi peristiwa penolakan
pembangunan sarana ibadah umat tertentu yang pernah terjadi kabupaten lain. Dia
berusaha mengakomidir kepentingan sosial-religius semua warga masyarakat
Kabupaten Manokwari Selatan. Hal ini tampak pada keberadaan rumah ibadah yang
tersebar di enam kecamatan. Terdapat 17 unit masjid/mushala yang ada di
kecamatan Oransbari (14), Ransiki (2) dan Momi Waren (1). Kemudian ada 91
gereja Kristen dan 2 gereja Katolik.
B.
Sarana
Pendidikan dan Kesehatan Juga Prioritas
Satu langkah penting
dilakukan Pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan menjelang akhir 2016 lalu.
Tepatnya tanggal 5 Oktober 2016 itu secara resmi Pemkab Manokwari Selatan menyerahkan
lahan seluas 10.600 hektar kepada Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
untuk digunakan dalam pengembangan dan peningkatan status bandara di Kampung
Abreso dan Sabri, Distrik Ransiki.
Penyerahan lahan
tersebut dilakukan oleh Bupati Manokwari Selatan Markus Waran kepada Kepala Otoritas
Bandara Wilayah IX Manokwari dan disaksikan oleh enam tetua adat marga pemilik
hak ulayat, yakni Waran, Kawei, Titohu, Ingedwi, Indow, dan Manam.
Sebelum penyerahan
lahan tersebut, masyarakat adat dan pemilik hak ulayat terlebih dulu berjalan
kaki dengan membawa sebuah rumah adat kaki seribu untuk diserahkan kepada perwakilan
pemerintah. Enam perwakilan marga tersebut juga menyampaikan aspirasinya di
depan Bupati Manokwari Selatan, Ketua DPRD, dan perwakilan Kemenhub.
Masyarakat adat
meminta agar pemerintah memperhatikan sector kesehatan dan pendidikan
anak-anaknya serta membangun asrama bagi yang bersekolah di luar daerah. Warga
juga meminta adanya sekolah penerbangan di wilayah Manokwari Selatan. "Kami
juga berharap pemerintah dapat memprioritaskan anak-anak kami untuk bekerja di
lokasi bandara ini," kata perwakilan masyarakat adat, Marthen Titohu,
sebagai dipublikasikan oleh www.kompas.com.
Tampaknya ada posisi
tawar yang cukup kuat dari rakyat Manokwari Selatan agar pemerintah
memperhatikan sektor pendidikan dan kesehatan di wilayah yang kaya sumber daya
alam pertanian, perkebunan dan pertambangan ini. Sampai tahun 2015, jumlah
sekolah SMA dan SMK di wilayah ini dapat dikatakan masih relatif minim. Hanya
ada satu SMK di Ransiki. Kemudian empat SMA, masing-masing dua di Mowi Waren,
satu di Ransiki dan satu di Oransbari.
Selain mengupayakan
penambahan sekolah mulai dari SD sampai SMA/SMK, April 2017 lalu Pemerintah
Kabupaten Manokwari Selatan menjalin kerja sama dengan Universitas Papua (Manokwari)
untuk membangun gedung kampus Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan UNIPA di Kampung
Kamasan, Distrik Ransiki, Kabupaten Manokwari Selatan. Kerja sama itu ditandai
dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung kampus tersebut pada tanggal 8
April 2017.
Di sector kesehatan,
Pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan terus berusaha menambah fasilitas
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Polindes. Sejauh ini,
menurut data Manokwari Selatan dalam
Angka 2015, terdapat lima Puskesmas (hanya Kecamatan Tahota yang memiliki
Puskesmas), 16 Puskesmas Pembantu, 7 Polindes (Kecamatan Tohota dan Nenei belum
memiliki Puskesmas Pembantu), dan 21 Puskesmas Keliling (15 sepeda motor dan
enam mobil). Kecamatan Tahota saja yang belum terjangkau Puskesmas Keliling. Namun
seluruh warga Kabupaten Manokwari Selatan tak merasa khawatir mengingat
pemerintah menyediakan 44 unit Posyandu yang telah tersedia di sebian besar
wilayah kabupaten ini.
C.
Membangun
Potensi Ekonomi Lokal
Untuk memaksimalkan
potensi pertanian dan perkebunan lokal, Pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan telah
membangun pasar khusus hasil pertanian di lokasi Pasar Sore. "Pembangunan ini sekaligus untuk memacu
pertumbuhan ekonomi mikro dari sektor perdagangan dan pertanian," jelas
Kepala Bagian Perekonomian Daerah Sekretariat Daerah Kabupaten Manokwari
Selatan, Bondan, awal 2016 lalu.
Bondan menambahkan, "Pasar
Sore selama ini dipadati para petani yang menjual hasil pertanian mereka.
Pembangunan pasar ini untuk memotivasi supaya para petani lebih produktif."
Pada program
pembangunan pasar itu, Pemerintah Manokwari Selatan juga menyiapkan 84 meja
utama yang dapat dimanfaatkan oleh para perani menggelar produk-produknya. Pembangunan
pasar tersebut, dikemukakannya, memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Menokwari Selatan tahun anggaran 2015. Gedung pasar dibangun
dengan menggunakan konstruksi baja ringan di lahan seluas 399 hektar di wilayah
Distrik Ransiki.
Langkah pembangunan
pasar khusus pertanian itu sejalan dengan program Pemerintah Manokwari Selatan membuka
1.000 hektar lahan untuk meningkatkan produksi padi, kedelai, ubi jalar, ubi
kayu, palawija dan sayuran. "Kami berupaya agar perluasan lahan dapat
dilakukan tahun 2016 dengan memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) tahun anggaran 2016," jelas pejabat berwenang di Pemkab Manokwari
Selatan.
Pemkab Manokwari
Selatan terus berupaya maksimal agar dalam tiga tahun ke depan dapat mewujudkan
swasembada pangan. "Seperti beras, misalnya, kami berupaya agar Manokwari
Selatan tidak mendatangkan beras dari daerah lain. Sebaliknya, kami akan
berupaya agar kabupaten ini menjadi salah satu daerah pemasok beras di wilayah Provinsi
Papua Barat," demikian penjelasan pejabat yang berwenang.
Kemudian, masih
menggunakan APBD 2016, Pemkab Manokwari Selatan membangun pasar ikan di Kampung
Abreso, Distrik Ransiki. Bupati Markus Waran mengatakan pasar ikan yang
dibangun dengan menggunakan APBD Tahun 2016 itu telah rampung seratus persen.
Hanya saja belum diresmikan, karena masih dibangun infrastruktur jalan menuju
lokasi pasar tersebut. “Kami harap masyarakat yang berada di tepian pantai
Ransiki, dapat menjaga fasilitas yang ada dan tetap mendukung pembangunan
sampai pasar ini bias resmi beroperasi,” tuturnya.
Pada kesempatan meninjau
pasar itu, Bupati Markus menyempatkan bertemu pemilik hak ulayat agar mendukung
dan memberi kesempatan bagi pemerintah untuk membangun areal pesisir pantai
sebagai obyek wisata ataupun tempat pendaratan nelayan.
Sony Mandacan, selaku
pemilik hak ulayat, menyatakan, bersama masyarakat adat, dirinya tetap membuka
diri dan memberikan kesempatan bagi pemerintah membangun daerahnya. Yang
terpenting pemerintah juga harus mendengar keluhan dan aspirasi masyarakat
adat.
D.
Pembangunan
Infrastruktur Perhubungan
Terlepas dari posisi
tawar masyarakat Manokwari Selatan agar pemerintah meningkatkan pembangunan
pendidikan dan kesehatan, penyerahan lahan seluas 10.600 hektar kepada
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, menurut Bupati Markus Waran, adalah
untuk mendorong agar pembangunan bandara segera diwujudkan. Di awal 2017 sudah
ada pendaratan pertama oleh pesawat perintis.
"Setelah bandara
ini dapat didarati pesawat perintis, maka pembangunannya akan terus
dikembangkan dan ditargetkan pada bulan Maret 2017 bandara ini sudah bisa
didarati oleh pesawat tipe ATR-27," jelas Markus.
Lokasi pengembangan
itu berada di bandara lama yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda. Karena
bandara lama sudah tidak layak didarati, maka diperlebar sehingga ke depan juga
dapat didarati oleh pesawat berbadan besar.
Markus memberikan
aspresiasi kepada masyarakat adat yang telah bersedia menyerahkan tanahnya
untuk dilakukan pembangunan di wilayah Manokwari Selatan guna mengembangkan
potensi wisata, sumber daya alam, dan mengatasi potensi bencana. "Pemerintah
daerah tetap memberikan biaya ganti rugi lokasi ini, namun akan dilakukan
sesuai dengan mekanisme yang berlaku," kata dia.
Langkah Pemerintah
Kabupaten Manokwari Selatan tersebut juga mendapat dukungan dari masyarakat
adat. Tokoh masyarakat Adat Manokwari Selatan yang juga Kepala Suku Distrik
Oransbari, Elia Waran, mengatakan masyarakat adat Mansel terutama dirinya
berkomitmen mengawal agenda pembangunan yang digelontorkan pemerintah. Lewat
komitmen itu, Elia menjamin masyarakat adat yang dia pimpin tidak akan
mengganggu proyek pembangunan di wilayahnya. “Yang penting buat kami adalah
daerah ini dibangun,” sebut Elia yang juga anggota DPRD Mansel dari Partai
Keadilan Sejahtera saat mengikuti Kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan
(Musrenbang) Distrik Oransbari di Balai Kampung Sidomulyo beberapa waktu lalu.
Soal penilaiannya
terhadap pemerintah kabupaten, Elia mengaku optimis jika Markus Waran yang nota
bene adalah putera asli Mansel tidak akan menyelewengkan kewenangannya. Apalagi
sosok Markus Waran, dia nilai, punya kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhan
pembangunan daerah dengan kepentingan masyarakat adat secara proporsional.
Dia mengatakan bahwa Markus
Waran tahu persis apa kebutuhan warga masyarakatnya. Rekam jejaknya di
birokrasi juga membuat Elia merasa optimis bahwa Markus Waran bisa bersikap
profesional mengelola pemerintahan. “Sebagai anak adat, pak bupati sudah tahu
program seperti apa yang akan dilaksanakan di masing-masing kampung dan
distrik,” tutur Elia.
Benar kata Elia,
Markus Waran tahu apa yang harus dibangun di Manokwari Selatan. Berkat
lobi-lobi yang intensif ke Pemerintah Pusat, Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia mulai membangun pelabuhan petikemas di wilayah Kabupaten Manokwari
Selatan Provinsi Papua Barat pada 2017 dan pemerintah kabupaten cukup
menyediakan lahan saja.
“Lahan telah siap dan
tahap studi lahan mendekati tuntas. Setelah studi dan kajian analisis dampak
lingkungan tuntas, pembangunan segera dimulai,” kata Markus Waran.
Markus menjelaskan
Manokwari Selatan memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang cukup besar.
Selain memperlancar arus distribusi barang-barang dari luar, dia berharap
pelabuhan tersebut dapat membuka akses pemasaran komoditas yang diproduksi para
petani di daerah tersebut.
“Dalam waktu dekat
investor akan datang mengelola ribuan hektar kebun kakao di Distrik Ransiki.
Lahan kakao akan kami tambah supaya produksinya bisa lebih banyak lagi,”
ujarnya.
Dia menjelaskan sektor
pertanian menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Pembangunan
infrasfruktur perhubungan bertujuan untuk mendukung program tersebut. “Presiden
Joko Widodo telah meluncurkan program Tol Laut, kami tentu berharap kapal tol
laut bisa masuk Mansel (Manokwari Selatan),” ujarnya lagi.
Di sektor perhubungan
darat, Kabupaten Manokwari Selatan masuk ke dalam jaringan jalur kereta api
Papua Barat. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan jalur kereta api di
Papua Barat akan menghubungkan enam kabupaten, yakni Kabupaten Sorong, Sorong
Selatan, Maybrat, Teluk Bintuni, Manokwari Selatan dan Kabupaten Manokwari.
"Sesuai hasil presentasi
Dirjen Perkereta-apian Kementerian Perhubungan, pembangunan jalur kereta api
akan dimulai dari Kota Sorong karena infrastruktur Sorong sangat memadai,"
kata Wakil Gubernur Papua Barat Irene Manibuy di Sorong, seperti dikutip Kantor
Berita Antara belum lama ini.
Pembangunan jalur
kereta api dimulai dari Kota Sorong menuju Kabupaten Sorong selanjutnya
Kabupaten Sorong Selatan dan Maybrat kemudian menuju ke Kabupaten Teluk Bintuni
hingga tembus di Kabupaten Manokwari Selatan dan Kabupaten Manokwari ibukota
Provinsi Papua Barat.
Pembangunan jalur
kereta api di Provinsi Papua Barat yang menghubungkan enam daerah tersebut telah
dicanangkan pada Juli 2016 apabila lahan sudah tersedia. Pemerintah Provinsi
Papua Barat akan memfasilitasi dan melakukan koordinasi dengan masyarakat
pemilik lahan serta pihak-pihak terkait lainnya agar pembangunan jalur kereta
secepatnya dilaksanakan.
Di sektor jalan darat,
Bupati Markus Waran akan berusaha melobi pemerintah pusat untuk membangun jalan
raya nasional. Karena, sejauh ini Makowari Selatan belum memiliki jalan
nasional. Dari catatan Manokwari Selatan
Dalam Angka 2015, wilayah ini memiliki jalan beraspal sepanjang 27,34
kilometer (kabupaten) dan 12,74 kilometer (provinsi) dengan kondisi baik
sepanjang 27,28 kilometer (kabupaten) dan 19,17 kilometer (provinsi).
Dalam 3-4 tahun ke
depan, Bupati Markus Waran terus mengenjot pembangunan di seluruh sektor
kehidupan untuk mewujudkan visi Kabupaten Manokwari Selatan yang aman, damai,
maju dan sejahtea serta mampu berdaya saing. Demi tercapainya keadaan
masyarakat Kabupaten Manokwari Selatan yang memiliki kebebasan menjalankan
ibadah, keleluasaan dalam bekerja dan beraktivitas, mandiri dan bertanggung-jawab,
bebas dan demokratis, hidup penuh kerukunan dalam suasana persaudaraan, bersama-sama
berkontribusi dalam percepatan pembangunan di berbagai sektor sesuai kapasitas
dan kompetensinya, menuju kemajuan bersama dan tercapainya kesejahteraan secara
adil dan merata. Di mana peran Pemerintah Daerah sekadar sebagai pihak
motivator dan regulator bagi pencapaian visi tersebut, melalui komitmen
menghadirkan pemerintahan yang bersih, terbuka dan bertanggung-jawab dengan
kepemimpinan yang bermoral, kuat, tegas dan bijaksana. (*)
Komentar
Posting Komentar