Meretas Kinerja Meraih Prestasi

* Bab 7


Lorong waktu. Sekitar bulan-bulan September sampai November saban tahun,  Samikarto (56), petani di Desa Wairoro Indah, Kecamatan Weda Selatan, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara, punya kesibukan tambahan.  
Setiap pagi,  ketika udara masih terasa dingin menggigit tulang, dia sudah bersiap dengan sapu lidi dan peralatan lain seadanya, lantas sibuk membersihkan gudang berukuran 8x7 meter persegi, tak jauh dari rumahnya. “Ini pekerjaan rutin yang saya selalu lakukan setiap pagi sebelum memanen jeruk manis,” kata Samikarto sebagaimana dikutip Tempo, beberapa waktu lalu.
Tidak hanya Samikarto sebenarnya. Mayoritas warga Desa Wairoro Indah punya kesibukan yang sama pada bulan-bulan itu. Musim panen jeruk manis telah tiba. Pada musim panen,  petani  desa itu bisa memanen jeruk sebanyak  90-110 ton.  Semuanya harus dibawa ke kota, ke Weda (ibukota Kabupaten Halmahera Tengah), Ternate atau Sofifi, untuk dijual di pasar.  
Persoalannya, Desa Wairoro Indah sulit dijangkau kendaraan bermotor.  Kendati lokasinya tak terlampau pelosok, Anda butuh waktu enam jam untuk mencapainya dari Kota Ternate.  Jalan raya yang menghubungkan desa itu dengan dunia luar kerap rusak.  Setiap pengendara harus ekstra hati-hati saat melewatinya.
“Karena jalanan yang jelek, setiap hari cuma ada satu kendaraan yang ke kota. Jadi kami harus selesaikan semua kegiatan memanen sebelum sore," ujar Samikarto.      
Padahal, sejak 1997, Desa Wairoro Indah sudah dikenal sebagai desa transmigrasi penghasil jeruk manis paling produktif di Pulau Halmahera. Hasil panennya tidak hanya dinikmati oleh warga masyarakat Kota Weda, tapi juga digandrungi warga Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan dan Sofifi. Jeruk manis Wairoro bahkan terkenal  sampai ke Tobelo di Halmahera bagian utara.
Desa Wairoro Indah terletak di timur selatan Pulau Halmahera. Penduduknya berjumlah 376 jiwa, sesuai hasil sensus 2012. Rata-rata tingkat pendidikan warga di desa ini hanya sampai setingkat sekolah menengah pertama. 
Dua desa tetangga Wairoro Indah, Desa Kleting Jaya dan Desa Cemara (keduanya di Kecamatan Weda Selatan), pun punya keunggulan serupa. Sebagian besar warga di sini juga petani jeruk manis. Yang jadi problem, produksi unggulan ketiga desa ini tak bisa berkembang lantaran keterbatasan infrastruktur jalan raya.
Akibat jalan rusak, banyak petani memilih menjual hasil panen jeruk kepada penadah dengan harga rendah. Ketimbang berkeranjang-keranjang jeruk membusuk gara-gara tak terangkut, petani terpaksa banting harga kepada pembeli pertama. “Kami pernah mencoba mendistribusikan hasil panen kami sendiri ke Kota Ternate, tapi biayanya tidak mampu menutupi ongkos transportasi," kata Samikarto. 

Tugiyanto (53), Ketua Kelompok Tani Cemara Indah Wairoro mengungkapkan, petani jeruk manis di Wairoro hanya memperoleh pendapatan rata-rata  Rp2-3 juta sekali panen. Pendapatan itu didapat dari hasil penjualan jeruk manis yang dihargai cuma Rp3 ribu  per kilogram oleh para penadah (pengepul) yang datang ke Wairoro. 
Kalau dijual ke Ternate, petani sebenarnya bisa dapat harga jual lebih baik. Menurut Tugiyanto, di kota, mereka bisa menjual jeruk seharga Rp12 ribu per kilogram. Tapi harga tinggi itu tak sebanding dengan ongkos angkutnya. 
"Kalau kami harus mengirim sendiri hasil panen jeruk manis menuju Kota Ternate, biayanya Rp6-7 juta untuk mengangkut 2-3 ton jeruk manis,” kata Tugiyanto. Setelah jeruk terjual, petani hanya mengantongi pendapatan kotor  Rp7-8 juta. Artinya keuntungan yang bisa diraih petani hanya sekitar Rp1 juta.
Dengan selisih keuntungan senilai itu, tak heran bila para petani Wairoro memilih menjual murah jeruknya di desa saja. Kalau saja infastruktur jalan menuju Wairoro dalam kondisi lebih baik, Tugiyanto yakin nilai tawar dan keuntungan yang diperoleh petani dapat meningkat.

A.   Membangun Infrastruktur Jalan dan Transportasi
Fasilitas transportasi yang digunakan keluar dan masuk Kota Weda, ibukota kabupaten Halmahera Tengah, adalah moda transportasi darat dan laut. Jalur transportasi darat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum roda empat (bus, minibus, kijang, dan sejenisnya) dengan trayek meliputi Weda – Gita, Weda – Loleo, dan Weda – Sofifi.
Sementara itu moda transportasi laut digunakan untuk menghubungkan kecamatan-kecamatan yang belum tersedia akses jalan darat seperti Kecamatan Patani, Patani Utara dan Kecamatan Pulau Gebe. Sarana transportasi yang digunakan adalah kapal perintis dengan rute pelayaran Ternate – Tidore – Weda – Sagea – Messa – Banemo – Patani – Patani Utara – Pulau Gebe.
Kedua moda transportasi (darat dan laut) tersebut selama ini sudah tersedia di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah. Bupati Al Yasin Ali menandaskan bahwa Pemkab Halmahera Tengah terus membenahi infrastruktur transportasi darat dan laut, baik yang menghubungkan antar-kecamatan dalam wilayah Halmahera Tengah maupun dengan kabupaten lain di wilayah Maluku Utara.
Sejak memimpin Kabupaten Halmahera Tengah tahun 2007, ruas jalan sepanjang 455 kilometer berhasil dibangun di wilayah Halmahera Tengah dan 56% di antaranya didukung dengan ruas jalan nasional dan status jalan provinsi. Semua ruas jalan itu kini bisa digunakan buat akses ke Kabupaten Halmahera Tengah dari berbagai penjuru masuk. Daratan Kota Weda pun semakin mudah didatangi.
Arman Mansur (52), petani jeruk dari SP empat (warga transmigrasi), merasa lebih mudah membawa hasil tanamannya ke pasar rakyat di Kota Weda. “Dulunya hasil tanam kami tidak berarti apa-apa buat menopang hidup keluarga. Sekarang enak, karena kota ini semakin ramai dikunjungi. Jadi bawaan kami banyak laku,” Arman berkisah.
Perbaikan dan pembangunan jalan dan jembatan sebagai moda transportasi darat menjadi salah satu fokus selama kepemimpinan Bupati Al Yasin yang menyandang Magister Manajemen Transportasi itu guna melancarkan perputaran ekonomi daerah.
Memasuk tahun 2016, proyek pembangunan jalan dengan nilai kontrak sebesar Rp48.772.902.000 dilaksanakan di wilayah Kabupaten Halmahera. Proyek ini dikerjakan oleh PT Buli Bangun, milik Reny Laos. Kemudian ada proyek jalan SMU-Simpang Yos Sudarso senilai Rp7.940.510.000, proyek jalan Moreala-Perumahan senilai Rp5.134.975.000, proyek jalan RSUD Weda-Yefetu senilai Rp6.540.955.000, serta proyek peningkatan jalan PLN Weda-Departemen Agama senilai Rp10.432.225.000. Total anggaran keempat proyek itu mencapai Rp78.821.567.000, dari total anggaran tersebut Rp30.000.000 dikerjakan oleh PT Sinar Sama Sejati.
Masih seputar infrastruktur, proyek-proyek lainnya adalah pembangunan rumah jabatan Bupati tahap IV senilai Rp3.969.100.000, RSUD Weda tahap IV senilai Rp19.752.900.000, kedua proyek tersebut dikerjakan oleh PT Gunung Mas Utama. Selain itu, ada pula proyek jalan di Desa Kobe Gunung Cs senilai Rp19.996.000.000, yang dikerjakan PT Alva Fortuna Mulia, dan untuk proyek jalan Patani - Sakam senilai Rp19.562.597.000, yang dikerjakan PT Laoshindo Pratama. Terakhir dua proyek yang dikerjakan PT Maluku Bangun Perkasa masing-masing peningkatan ruas jalan simpang Weda - Wairoro - Loleo senilai Rp2.120.750.000, serta pembangunan RSUD senilai Rp11.400.343.000, yang dikerjakan PT Tunas Tehnik Sejati yang berasal dari Makassar.
Tabel 7.1 Panjang Jalan Total dan Jenis Permukaan Jalan
Menurut Pemerintahan yang Berwenang Mengelola
di Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2008 s/d 2012
Status Jalan /
Tahun
Panjang Jalan (km)
Aspal
(km)
Telford/Kerikil
(km)
Tanah
(km)
Jalan Nasional




2008
44,08
12,6
31,48
-
2009
44,08
15,81
28,27
-
2010
44,08
18,81
25,27
-
2011
44,08
21,56
22,52
-
2012
44,08
22,885
21,195
-
Jalan Provinsi




2008
52
7,35
9,85
34,8
2009
52
7,35
12,85
31,8
2010
52
10
17
25
2011
52
10
20
22
2012
52
10
39
3
Jalan Kabupaten




2008
412,28
129,211
221,288
61,781
2009
412,28
136,07
232,484
43,726
2010
412,28
143,07
237,76
31,45
2011
412,28
141,025
254,21
17,045
2012
412,28
144,07
256,46
11,75
Sumber data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Halmahera Tengah, Tahun 2013


Tabel 7.2 Perkembangan Jumlah dan Panjang Jembatan
Kabupaten Halmahera Tengah   Tahun 2008-2012
Tahun
Panjang Jembatan (meter)
Jumlah Jembatan (Bh)
2008
2.108
236
2009
2.416
253
2010
2.473
230
2011
2.511
232
2012
2.571
237
                                 Sumber data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Halmahera Tengah, Tahun 2013


“Kalau transportasi darat lancar, maka tingkat pergerakan usaha masyarakat saya di daerah ini meningkat. Dengan sendirinya hasil pendapatan di semua sektor bisa berkembang,” tutur Bupati Al Yasin Ali.
Sebab itulah, untuk semakin memudahkan mobilitas warga masyarakat, awal 2015 lalu Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah mengupayakan masuknya penerbangan perintis ke Weda. Mulai tahun 2015 itu Bupati Halmahera Tengah Al Yasin Ali telah melakukan berbagai langkah untuk merealisasikan masuknya penerbangan perintis ke Weda, baik untuk rute dalam wilayah Maluku Utara (Malut) maupun dengan daerah lain di luar Malut.
Langkah tersebut di antaranya membebaskan lahan warga masyarakat yang berada di wilayah Weda Tengah untuk lokasi pembangunan bandara. Selain itu terus mengupayakan dukungan dana dari Pemerintah Provinsi Malut dan pemerintah pusat untuk pembangunan bandara.
Bupati Al Yasin Ali mengatakan Pemkab Halmahera Tengah sangat membutuhkan dana dari Pemprov Malut dan pemerintah pusat untuk pembangunan bandara, karena dana untuk pembangunan bandara sangat besar sementara kemampuan APBD Kabupaten Halmahera Tengah sangat terbatas.
Pemerintah pusat --melalui Kementerian Perhubungan-- pun telah memberi sinyal positif mengenai pengalokasian anggaran melalui APBN untuk pembangunan bandara di Halmahera Tengah, khususnya pada sisi udara. Tahun 2014, Kementerian Perhubungan telah menyetujui dan menyediakan dana sebesar Rp10 miliar untuk pembangunan bandara di Weda –tepatnya di kawasan hutan produksi Kabupaten Halmahera Tengah.
“Pada tahap awal, pembangunan bandara dikhususkan untuk pesawat berbadan kecil dan lokasinya berada di kawasan hutan produksi, sehingga tidak mengalami kesulitan dalam proses pembebasan lahan,” jelas Kepala Dinas Perhubungan Telekomunikas dan Informatika Provinsi Maluku Utara (Malut), Taufik Madjid, beberapa waktu lalu.
Menurut Bupati Al Yasin Ali, keberadaan transportasi udara dari dan ke Halmahera Tengah diharapkan, selain akan memudahkan warga masyarakat yang ingin menggunakan transportasi udara, juga dapat menjadi salah satu daya tarik bagi investor yang akan menanamkan modal di daerah itu.
Selain itu, diharapkan akan meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke Halmahera Tengah, karena salah satu alasan yang membuat wisatawan enggan ke kabupaten itu walaupun potensi objek wisatanya cukup menarik adalah karena belum tersedianya sarana transportasi udara.
Berkat keseriusannya membangun infrastruktur jalan dan dan jembatan, tahun 2014 lalu Pemerintah Halmahera Tengah berhasil menempati peringkat tiga penilaian Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR. Sebelumnya, tahun 2013, Pemkab Halmahera Tengah masih berada di peringkat lima.

B.    Mengembangkan Potensi Pariwisata
Wilayah Halmahera Tengah yang terbentang dari Kluting Jaya yang berbatasan dengan Halmahera Selatan hingga Pulau Sain yang berbatasan dengan Kabupaten Raja Ampat (Provinsi Papua Barat) adalah bentangan alam daratan yang dihiasi dengan hijaunya pepohonan, sungai yang bening dengan air terjun yang elok serta danau yang menawan dan gua bentukan alam yang eksotik, dengan pesona keindahan yang sangat menawan. Dilengkapi pula oleh potensi laut dan pantai. Mulai dari Pulau Kuleyefo, gugusan pulau-pulau karang dan deretan hutan bakau pesisir Teluk Weda di sebelah selatan, deburan ombak Pantura sampai pesona pantai di Pulau Sayafi dan Pulau Lewo di sebelah utara. Ada juga hamparan pasir putih indah serta terumbu karang dan biota laut yang menawan mulai dari gugusan Pulau Sain, Uta, Yoi dan Pulau Gebe di sebelah barat.
Halmahera Tengah dibentuk oleh relief-relief yang besar di mana palung-palung oceanis dan punggung-punggung pegunungan saling berganti sangat mencolok, daerah ini termasuk cekungan kontinen melanesia.
Wilayah Kabupaten Halmahera Tengah bertopografi berombak dan bergelombang, agak mencolok dengan teluk yang besar seperti Teluk Weda. Di Kecamatan Patani dan Gebe terdapat 5% dataran rendah. Penyebaran wilayah daratan terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan pulau karang dengan beraneka ragam jenis tanah yang dominan antara lain tanah kompleks, aluvial, podsol, regosol, mediteran, latosol dan renzina. Halmahera Tengah laksana surga bagi pecinta ekowisata.
Berangkat dari potensi alam yang penuh pesona itu, Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah mengembangkan Pulau Gebe menjadi kawasan wisata bahari, dan diharapkan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan berkunjung ke daerah itu.
“Mulai 2013 lalu Pemkab Halmahera Tengah mengalokasikan anggaran untuk pengembangan Pulau Gebe menjadi kawasan wisata bahari, di antaranya untuk penataan dan pembangunan berbagai fasilitas penunjang," kata Bupati Halmahera Tengah, Al Yasin Ali.
Pemkab Halteng juga berupaya mendorong keterlibatan investor dalam pengembangan Pulau Gebe menjadi kawasan wisata bahari, karena keterbatasan dana yang dimiliki Pemkab.
Al Yasin merasa optimistis jika Pulau Gebe telah dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari, maka banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri tertarik berkunjung ke pulau yang dulunya menjadi daerah tambang nikel PT Aneka Tambang itu.
Optimisme itu didasarkan pada keindahan alam yang dimiliki Pulau Gebe, terutama pantainya berpasir putih dan panorama bawah laut di perairan sekitar, yang tidak kalah menarik bila dibandingkan dengan panorama bawah laut perairan Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
"Keragaman ikan di perairan Pulau Gebe, sesuai hasil penelitian sangat banyak, mencapai 300 jenis atau lebih banyak jika dibandingkan dengan di perairan Raja Ampat, Papua Barat, yang hanya sekitar 290 jenis," kata Al Yasin.
Tidak hanya Pulau Gebe yang dapat dijadikan daya tarik wisata. Halteng juga memiliki sejumlah obyek wisata lain seperti Goa Bokimamuru yang konon merupakan goa terpanjang di dunia dan Taman Nasional Ake Tajawa Lolobata yang dihuni ratusan jenis burung, beberapa di antaranya merupakan brurung endemik Halmahera.
Menurut Bupati Al Yasin Ali, Pemkab Halteng terus mengupayakan agar wisatawan yang berkunjung di kawasan wisata Raja Ampat, Papua Barat, dapat melanjutkan perjalanan ke Halmahera Tengah, mengingat jarak antara Halmahera Tengah dan Raja Ampat relatif berdekatan.
Sejauh ini Pemkab Halmahera Tengah telah mengembangkan sedikitnya 20 obyek wisata yang ada. Mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Tengah Nomor 10 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Halmahera Tengah 2013-2023, Pemkab Halmahera Tengah telah mewujudkan dan mengembangkan kawasan pariwisata di air (tirta), alam sungai dan waduk dengan mendaya-gunakan pesona keindahan alam serta kegiatan sesuai karakteristiknya. Karakteristik alam pegunungan dan kegiatan budaya berdasarkan sosio kultural masyarakat. Kawasan Pengembangan Pariwisata Tirta berada di Waduk Kobe Kulo, Air Terjun Moreala  dan Air Terjun Batu Putih.
Adapun rinciannya: Waduk Kobe Kulo sebagai pengembangan kawasan marina, diving, dan rekreasi air; Air Terjun Moreala sebagai pengembangan kawasan marina, diving, dan rekreasi air; dan Air Terjun Batu Putih sebagai pengembangan kawasan marina, diving, dan rekreasi air.
Tabel 7.3 Data Perkembangan Urusan Pariwisata
Kabupaten Halmahera Tengah, Tahun 2009-2013
Indikator

2009

2010

2011

2012

2013
Kontribusi sektor Pariwisata terhadap PDRB :
a.     Hiburan dan Rekreasi
-
-
HB 33,49
HB 34,75
HB 39,01



HK 18,75
HK 19,34
HK 20,66
            Sumber data : BPS dan  PDRB Kab. Halmahera Tengah,Tahun  2010-2014

Kemudian pengembangan pariwisata desa kerajinan dan budaya dengan mendaya-gunakan kerajinan dan budaya berdasarkan sosiokultur masyarakat.  Kawasan pengembangannya berada di Desa Nusliko dan Desa Were. Kebijakan pemanfaatan diarahkan pada peningkatan kualitas, daya tarik dan pemasaran kerajinan yang meliputi Desa Nusliko dan Desa Were di Kecamatan Weda; Desa Sagea di Kecamatan Weda Utara; Desa Kobe di Kecamatan Weda Tengah; Desa Wailegi, Desa Kipae, dan Desa Yeisowo di Kecamatan Patani; dan Desa Umera (Kecamatan Pulau Gebe).
Di Kecamatan Weda telah dikembangkan Weda Resort yang lengkap dengan akomodasi penginapan dan tenaga-tenaga pemandu wisata yang menguasai bidangnya. Mereka siap memandu para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam bawah laut dan taman burung yang ada di sekitar wilayah Weda.

Tabel 7.4
Obyek Wisata dan Jarak dari Ibukota Kabupaten di Halmahera Tengah





Nama Obyek Wisata
Lokasi
Jarak dari Ibukota Kabupaten (km)

(1)
(2)
(3)

1. Telaga Nusliko
Desa Nusliko
± 1,5 km

2. Pantai Nusliko
Desa Nusliko
± 1,5 km

3. Pulau Imam (Kuleyefo)
Desa Fidi Jaya
± 500 m

4. Pulau Mnaili dan Pulau Yefi
Kecamatan Weda
± 500 m

5. Air Terjun Moreala
Kecamatan Weda
± 2 km

6. Taman Laut Pasi Gurango dan Pasi Dua
Desa Sagea
± 55 km

7. Gua Boki Moruru
Desa Sagea
± 59 km

8. Talaga Legaya Lol
Desa Sagea
± 56 km

9. Pantai Bay Wolot
Desa Sagea
± 57 km

10. Pulau Mtum Ya
Desa Messa
± 26 km

11. Tanjung Ngolopopo
Kecamatan Patani
± 115 km

12. Pulau Uta
Kecamatan Pulau Gebe
± 136 km

13. Pulau Umera
Kecamatan Pulau Gebe
± 150 km

14. Talaga Umyal
Kecamatan Patani
± 118 km

15. Pulau Moor
Kecamatan Patani
± 115 km

16. Talaga Pulau Yoi
Kecamatan Pulau Gebe
± 136 km

17. Pulau Lewo
Kecamatan Patani Utara
± 118 km

18. Pantai Sayafi
Kecamatan Patani Utara
± 118 km

19. Danau Pulau Moor
Kecamatan Patani
± 115 km
20. Pantai Pulau Moor
Kecamatan Patani
± 115 km





Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Halmahera Tengah







Weda Resort yang berada di Desa Sawai Itepo, Kecamatan Weda Tengah, dan telah operasional sejak tahun 2011 itu menawarkan diving dan bird watching sebagai produk andalannya. Ini sangat potensial untuk menarik wisatawan baik lokal ataupun mancanegara sehingga bisa meningkatkan kontribusi dari sektor pariwisata terhadap total kegiatan ekonomi di Halmahera Tengah.

C.   Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi sangat mempengaruhi pertumbuhan angkatan kerja. Semakin besar jumlah penduduk usia produktif, secara otomatis jumlah angkatan kerja akan bertambah, baik sebagai pekerja maupun sebagai pencari kerja. Ukuran ketenaga-kerjaan yang dapat digunakan untuk melihat banyaknya penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang masuk dalam kategori angkatan kerja adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja). Secara umum semakin tinggi TPAK, maka akan semakin baik, khususnya jika kenaikan angka itu disebabkan oleh meningkatnya jumlah tenaga kerja yang terserap dalam lapangan kerja.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah salah satu ukuran yang dapat menggambarkan partisipasi penduduk usia kerja dalam kegiatan ekonomi. Tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan perbandingan jumlah angkatan kerja, yaitu jumlah penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan terhadap jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas).
TPAK penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Halmahera Tengah pada tahun 2010 mencapai 70,47%. Angka ini dapat diinterpretasikan bahwa untuk setiap seratus orang penduduk usia kerja yang berdomisili di Kabupaten Halmahera Tengah, sekitar 70 orang memasuki pasar kerja di tahun tersebut. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun, karena makin bertambah terus jumlah penduduk yang memasuki usia bekerja sementara ketersediaan lapangan kerja tidak sebanding, sehingga akan menambah jumlah pengangguran di mana saat ini mencapai 7,02%. Hal ini terlihat di tahun 2007 angkatan kerja sebesar 65,01 %, naik menjadi 68,4 % di tahun 2008 dan seterusnya tahun 2010 menjadi 70,47 %.
Tabel 7.5
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di  Kabupaten Halmahera Tengah
Tahun 2008-2010
TAHUN
TPT (TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA)
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
TOTAL
2008
2,80
3,10
2,90
2010
6,43
7,61
7,02
Sumber data : Sakernas 2008-2010, Indeks Pembangunan Manusia Kab. Halmahera Tengah, 2010

Pengangguran terbuka adalah : (i) mereka yang sedang mencari pekerjaan, (ii) mereka yang sedang mempersiapkan usaha baru, (iii) mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin dapat pekerjaan (putus asa), dan atau (iv) mereka sudah mempunyai pekerjaan namun belum mulai bekerja. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan perbandingan antara pencari kerja (tidak bekerja) atau penganggur usia ≥ 15 tahun dengan angkatan kerja.
Secara umum tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Halmahera Tengah tahun 2008 adalah sebesar 2,90%, yang terdiri dari TPT laki-laki sebesar 2,8% dan TPT perempuan sebesar 3,10%. Sedangkan di tahun 2010 terjadi kenaikan menjadi 7,02% TPT Laki-laki dan 6,43% TPT Penduduk perempuan 7,61%, yang artinya secara keseluruhan terjadi kenaikan sebesar 4,12%.
Ukuran lain untuk melihat fenomena yang sedang menganggur dengan menggunakan ukuran tingkat setengah menganggur yang dapat memberikan gambaran tentang seberapa banyak pekerja yang bekerja tidak penuh (paruh waktu), juga secara umum dapat digunakan untuk melihat tingkat produktivitas penduduk yang bekerja di bawah batas normal 35 jam dalam sepekan.
Tabel 7.6
Persentase Penduduk 15 Tahun ke atas yang Bekerja dan Jam Kerja
di Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2008 dan 2010
Jumlah Jam Kerja
2008
2010
Lk
Pr
Lk + Pr
Lk
Pr
Lk+Pr
≤14
2,73
4,43
3,32
4,90
15,90
8,90
15-34
27,56
53,68
36,59
22,20
53,70
33,50
≥ 35
69,71
41,89
60,09
72,20
30,40
57,60
Jumlah
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber data : Sakernas 2008-2010, Indeks Pembangunan Manusia Kab. Halmahera Tengah, 2010
Dari tabel 7.6 dapat dikatakan bahwa tingkat setengah pengangguran di Kabupaten Halmahera Tengah tahun 2008 sebesar 39,91% (laki-laki 30,29% dan perempuan sebesar 58,11%). Dan di tahun 2010 angka setengah pengangguran menjadi 42,40%, di mana laki-laki sebesar 27,10% dan perempuan 69,90%. Dengan demikian angka penduduk bekerja tapi tergolong setengah menganggur naik sebesar 2,49%. Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena apabila dikaitkan dengan asumsi bahwa jumlah jam kerja yang normal akan memberikan taraf penghidupan yang normatif dan sesuai dengan kebutuhan dasar. Dengan semakin banyaknya penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal dapat diinterpretasikan jumlah pendapatan menjadi berkurang dan tingkat kesejahteraan cenderung menurun.
Untuk mengatasi tingkat pengangguran dan mereka yang bekerja di jam kerja normal, Pemkab Halmahera Tengah berusaha membangun sektor koperasi dan ekonomi kerakyatan. Selain itu juga terus memberi kemudahan perizinan usaha.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Koperasi Aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) atau koperasi yang dalam tahun terakhir melakukan kegiatan usaha.
Indikator target capaian keberhasilan pelaksanaan urusan koperasi usaha kecil dan menengah di Kabupaten Halmahera Tengah, dapat dilihat sebagaimana data yang terdapat pada tabel berikut.
Tabel 7.7
Jumlah Koperasi menurut Jenisnya di Kabupaten Halmahera Tengah  Tahun 2009-2010

Jenis Koperasi
Jumlah (unit/total)
2009
2010
1.     Koperasi Unit Desa
8
8
2.     Koperasi Pegawai Negeri
17
17
3.     Koperasi Produsen
16
16
4.     Koperasi Jasa
7
7
5.     Koperasi Pertanian
16
16
6.     Koperasi Konsumsi
7
7
7.     Koperasi Perikanan
4
4
8.     Koperasi Angkutan
2
2
9.     Koperasi Wanita
4
4
10.  Koperasi TKBM
1
1
11.  Koperasi Karyawan
1
1
12.  Koperasi Simpan Pinjam
1
1
13.  Koperasi Serba Usaha
3
3
Jumlah/Total
74
74
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Halmahera Tengah, 2010.
Data pada tabel 7.7 menggambarkan perkembangan jumlah KUD yang pada tahun 2009 dan 2010 sebanyak 8 buah berkurang pada tahun 2011 menjadi 5 buah, Koperasi Wanita berkurang menjadi 2 pada tahun 2011. Koperasi Pegawai Negeri, KOPKAR, dan KOPPAS  tidak lagi ada pada tahun 2011. Sementara yang digolongkan sebagai Koperasi lainnya jumlahnya mencapai 27 buah pada tahun 2011.
Sementara itu, perkembangan jumlah koperasi, usaha kecil dan menengah di Kabupaten Halmahera Tengah yang telah memiliki surat izin usaha, dapat dilihat sebagaimana data yang terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel  7.8
Perkembangan SIUP menurut kecamatan Kabupaten Halmahera Tengah 2010

Kecamatan
Klasifikasi SIUP
Jumlah
Total

Tenaga Kerja
Kecil
Menengah
Besar
Weda
55
8

63
179
Weda Selatan
8
1
1
10
27
Weda Utara
3
-
-
3
9
Weda Tengah
-
-
-
-
-
Pulau Gebe
6
1
-
7
21
Patani
5
1
-
6
22
Patani Utara
6
4
-
10
32
Patani Barat
1
1
-
2
8
Patani Timur
2
2
-
4
5
Weda Timur
3
1
-
4
6
Halmahera Tengah
89
19
1
109
309
Sumber data : Kab. Halmahera Tengah Dalam Angka 2011

Kemudahan perizinan usaha juga berimplikasi pada masuknya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Jumlah investor PMDN/PMA dihitung dengan menjumlahkan banyaknya investor PMDN berskala nasional dengan banyaknya investor PMA berskala nasional yang aktif berinvestasi di daerah dan pada suatu periode tahun pengamatan.  Capaian indikator kinerja untuk pelayanan urusan penanaman modal sepanjang kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 pada masing-masing indikator ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 7.9
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penanaman Modal
Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2010-2014
No

Uraian

Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
1
Jumlah investor di Kabupaten Halmahera Tengah
2
8
40
40
38
2
Jumlah Nilai Investasi (Rp)
-
-


698.000.000
3
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja
-



67,16
Sumber data : BPS Kab. Halmahera Tengah, Tahun 2009-2012.

D.   Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) secara berkesinambungan, tiga aspek penting menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah, masing-masing peningkatan kualitas fisik (kesehatan), intelektualitas (pendidikan), dan kemampuan ekonomi (daya beli) seluruh komponen masyarakat. Tingkat pendidikan dan kesehatan individu penduduk merupakan faktor dominan yang perlu memperoleh prioritas utama dalam peningkatan kualitas SDM. Tingkat pendidikan dan kesehatan penduduk yang tinggi akan sangat menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitan dengan teknologi maupun kelembagaan yang penting dalam usaha meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk itu sendiri. Dan semuanya bermuara pada aktivitas perekonomian yang maju. Sebab itu, dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan pembangunan kualitas manusia, termasuk dalam konteks ekonomi daerah.
Bupati Al Yasin Ali menyadari benar bahwa kebijakan pembangunan yang tidak mendorong peningkatan kualitas manusia hanya akan membuat daerah yang bersangkutan tertinggal dibandingkaan daerah-daerah lain. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan wujud dari komitmen tujuan nasional yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Agar keberhasilan peningkatan pembangunan menyentuh sasaran dan terkorelasi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup manusia maka diperlukan pengukuran dengan IPM. Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator komposit tunggal yang mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk. Ketiga kemampuan dasar tersebut adalah umur panjang dan sehat yang diukur dengan Indeks Kesehatan (IK), pengetahuan dan ketrampilan yang diukur dengan Indeks Pendidikan, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak yang diukur dengan Indeks Daya Beli (IDB). Indikator dampak sebagai komponen yang dibutuhkan dalam perhitungan IPM adalah Angka Harapan Hidup (AHH), Pencapaian pendidikan yang diukur dengan Angka Melek Huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran konsumsi per kapita.
Selama kepemimpinannya, Bupati Al Yasin Ali telah menggelontorkan sejumlah program pembangunan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hasilnya, IPM di Kabupaten Halmahera Tengah sepanjang tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan relatif bagus. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.10
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2008-2012
No
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012
1
Indeks Kesehatan (IK)
67,98
66,18
73,70
75,65
77,23
2
Indeks Pendidikan (IP)
96,70
96,75
96,79
96,84
96,91
3
Indeks Daya Beli (IDB)

598.19.000
Perkapita/Bln
599,03
Perkapita/Bln
602,12
603,74
4
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
68,18
68,67
69,13
69,60
70,03
Sumber data : Kab. Halteng Dalam Angka, Tahun 2009-2013.

Hal penting dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten Halmahera Tengah adalah keaktifan Posyandu. Keaktifan pelayanan yang dilaksanakan oleh Posyandu akan memberikan tingkat kepuasan terhadap layanan pemerintah secara umum. Sebagai langkah nyata Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah dalam meningkatkan kapasitas para kader pemberdayaan masyarakat, dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan yang dilakukan untuk melatih dan mengasah serta menguatkan wawasan dan kemampuan untuk menjadi kader pemberdayaan masyarakat.
Indikator keberhasilan pelaksanaan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa di Kabupaten Halmahera Tengah sepanjang kurun waktu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain (i) Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberda yaan Masyarakat (LPM); (ii) Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK; (iii) Jumlah PKK Aktif; (iv) Jumlah Posyandu Aktif; dan (v) Swadaya Masyarakat Terha dap Program Pemberdayaan Masyarakat,  sebagaimana data yang terdapat pada tabel berikut.
Tabel 7.11
Perkembangan Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
 Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2009 – 2013
No
Uraian
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
1
Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
21
21
25
31
36
2
Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK
93
104
185
149
149
3
Jumlah PKK Aktif (orang)
2.184
2.285
2.285
2.294
2.307
4
Jumlah Posyandu Aktif
63
63
63
63
63
5
Swadaya Masyarakat Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat
-
-
-
-
-
Sumber data : BPS Kab. Halmahera Tengah, Tahun 2010-2014.

E.    Energi dan Sumber Daya Mineral
Perut bumi Halmahera Tengah kaya sumber daya mineral seperti Nikel, Cromit, Emas, Asbes, Pasir Besi, Pasir Kuarsa, Batubara, Batu Kapur dan Batu Mulia. Pemkab Halmahera Tengah terus berusaha mengajak investor untuk mengelola kekayaan alam tersebut secara baik agar mampu membawa kemakmuran dan kesejahteraan buat warga rakyat Halmahera Tengah. 
Mineral logam berupa Bijih Nikel dan Cromit dapat dijumpai di daratan Pulau Gebe dan Pulau Fau, Kecamatan Pulau Gebe. Kedua jenis mineral logam tersebut sudah diolah dan diekspor ke luar negeri. Bahkan, untuk kelangsungan kegiatan perusahaan telah dibangun Pabrik Pengolahan Bijih Nikel (Smelter). Pembangunan Smelter tersebut terdiri dari empat tungku besar dan satu tungku mini, di mana dua tungku besar sudah dapat berproduksi dan lainnya masih terus dikerjakan. Mampu menyerap tenaga kerja rata-rata per tungku sebanyak 150 orang. Dengan adanya smelter, tambang nikel di Pulau Gebe dapat beroperasi kembali sebagai penyedia bahan baku utama smelter dan ikut menyerap tenaga kerja lokal yang cukup banyak.
Selain bahan baku utama bijih nikel, juga dibutuhkan mineral batubara dan batu kapur sebagai bahan campuran dalam proses peleburan bijih nikel di pabrik.
Bijih Nikel juga ditemukan di daratan Halmahera Tengah, di sekitar Pegunungan Damuli, Kecamatan Patani Timur; di wilayah Kampumg Yeisowo Kecamatan Patani, di Perbukitan wilayah Desa Sibenpopo Kecamatan Patani Barat, di wilayah Desa Sagea Kecamatan Weda Utara, di sebagian besar wilayah Desa Lelilef Kecamatan Weda Tengah dan Pulau Sayafi Kecamatan Patani Utara. Dari struktur geologinya diperkirakan penyebaran bijih nikel ini dapat pula ditemukan di sekitar wilayah Kecamatan Weda Timur.
Mineral Batubara dapat ditemukan di sekitar Pegunungan Damuli, penyebarannya mencakup wilayah Kecamatan Patani Timur dan Patani Barat. Selain itu terdapat mineral-mineral lainnya seperti emas, pasir besi, batu kapur dan batu mulia.
Mineral logam lainnya seperti Asbes terdapat di wilayah Desa Lelilef, Kecamatan Weda Tengah. Dan pasir kwarsa ditemukan di wilayah Desa Gemia, Kecamatan Patani Utara.
Pemkab Halmahera berusaha mengoptimalkan pemanfaatan energi dan sumber daya mineral tersebut. Keberhasilan capaian target kinerja urusan energi dan sumberdaya mineral di Kabupaten Halmahera Tengah sepanjang kurun waktu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat sebagaimana data yang terdapat dalam tabel berikut ini.
Tabel 7.12
Data Perkembangan Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral
 Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2009-2013
Indikator

2009

2010

2011

2012

2013
Kontribusi sektor Pertambangan terhadap PDRB :
a.   Minyak & Gas Bumi


HB 0,00
HB 0,00
HB 0



HK 0,00
HK 0,00
HK 0
b.   Pertambangan tanpa Migas


HB 77.297,51
HB 93.002,18
HB 102.553,99



HK 24.550,48
HK 27.220,79
HK 29.530,31
c.   Penggalian


HB 4.604,31
HB 5.049,25
HB 5.436,70



HK 1.995,16
HK 2.106,89
HK 2.221,01
            Sumber data : BPS dan  PDRB Kab. Halmahera Tengah, Tahu 2010-2014.

F.    Kelautan, Kehutanan dan Pertanian
Kabupaten Halmahera Tengah tidak hanya kaya sumber daya mineral di darat. Lautan wilayah kabupaten beribukota di Weda ini pun sangat kaya sumber daya kelautan dan perikanan, antara lain ikan, udang, teripang, kerang dan beraneka ragam ikan hias, serta sumber kelautan lainya yang bernilai ekonomis tinggi. Sebab itu, Bupati Al Yasin Ali berusaha sektor kelautan ini menjadi pilihan prioritas pembangunan.
Keberhasilan capaian target kinerja urusan kelautan dan perikanan sepanjang kurun waktu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 di Kabupaten Halmahera Tengah digambarkan pada data dalam tabel berikut.
Tabel 7.13
Data Perkembangan Urusan Kelautan Perikanan
Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2009-2013
Indikator

2009

2010

2011

2012

2013
Kontribusi sub Sektor Perikanan terhadap PDRB :
Perikanan
-
-
HB 25.215,88
HB 27.797,41
HB 32.111,78



HK 12.080,36
HK 12.559,56
HK 13.280,59
            Sumber data : BPS dan PDRB Kab. Halmahera Tengah, Tahun 2010-2014

Hutan di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah pun sangat potensial. Berbagai sumber daya kehutanan seperti kayu, rotan, damar, tanaman hias dan bebagai jenis hewan yang dapat dikomsumsi dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sebagai sumber daya alam, hutan memiliki multifungsi bagi kehidupan manusia. Salah satu fungsi hutan sebagai penyangga air dan udara bagi ekosistem dipersyaratkan minimal 30% dari total hamparan darat. Hal ini telah ditentukan dalam Undang-Undang  Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Indikator keberhasilan capaian target pelaksanaan urusan kehutanan dapat diukur melalui indikator (i) rehabilitasi hutan dan lahan kritis; (ii) kerusakan kawasan hutan; dan (iii) kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB.
Data dan informasi tentang  (i) rehabilitasi hutan dan lahan kritis; (ii) kerusakan kawasan hutan; dan (iii) kontribusi sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Halmahera Tengah sepanjang kurun waktu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, tampak sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.14
Data Perkembangan Urusan Kehutanan Kabupaten Halmahera Tengah 2009 – 2013
No.
Uraian
Tahun (Ha)
2009
2010
2011
2012
2013
1
Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
-

6.408

6.186

6.462
4.015
2
Kerusakan Kawasan Hutan
-
-
-
-
0
3
Kontribusi Sektor Kehuta nan Terhadap PDRB
-
-
-
-
-
Sumber data : BPS dan PDRB  Kab. Halmahera Tengah,Tahun 2010-2014.

Sampai tahun 2013, terdapat 3123 rumah tangga usaha pertanian tanaman pangan. Sebuah jumlah rumah tangga penduduk Kabupaten Halmahera Tengah yang relatif besar tentu. Karena itu, Bupati Al Yasin Ali cukup serius menjadikan sektor pertanian pangan sebagai sebuah prioritas. Keseriusan itu diwujudkan dalam bentuk sinergi antara Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Tengah, BP4K Kabupaten Halmahera Tengah dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Maluku Utara untuk meningkatkan produktivitas padi sawah. Cukup banyak teknologi yang diintroduksi di Kabupaten Halmahera Tengah, antara lain benih padi varietas inpari 18, tanam jajar legowo, pemupukan berimbang dan penanganan OPT ramah lingkungan. Hasilnya, pada musim panen 2014, produksi padi varietas inpari 18 mencapai 7,1 ton/ha GKP (Gabah Kering Panen) lebih tinggi dari varietas lokal yang hanya 3 ton/ ha GKP. Hal yang sungguh menggembirakan.
Secara garis besar, keberhasilan capaian target kinerja urusan pertanian sepanjang kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 di Kabupaten Halmahera Tengah dapat digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel 7.15
Data Perkembangan Urusan Pertanian Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2008-2012
Indikator
2008
2009
2010
2011
2012
Kontribusi sektor Pertanian terhadap PDRB :





a. Tanaman Bahan Makanan


HB 42.634,45
HB 48.122,91
HB 54.994,24



HK 28.213,49
HK 29.461,16
HK 31.333,95
b.   Tanaman Perkebunan


HB 67.389,16
HB 75.917,83
HB 85.180,29



HK 45.287,34
HK 46.646,79
HK 48.522,99
c.   Kontribusi sub Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya terhadap PDRB :
-
-
HB 14.592,06
HB 15.341,41
HB 16.505,39

-
-
HK 7.145,15
HK 7.186,10
HK 7.285,21
Sumber data : BPS dan PDRB Kab. Halmahera Tengah, 2012


Berbagai hasilpembangunan telah ditorehkan oleh Bupati Al Yasin Ali. Siapa pun yang kelak memimpin Kabupaten Halmahera Tengah tinggal melanjutkan dan memperkuat apa yang telah dirasakan oleh rakyat. (*)

Komentar