Mabuk Kepahiang

Bengkulu, dari dulu kami ingin sekali mengunjungi provinsi yang terkenal dengan Bunga Raflesia nya ini namun entah kenapa selalu saja ada halangan. Sampai akhirnya menjelang puasa kemarin kami mendapat kesempatan untuk sedikit “mengintip” langsung keindahan Bengkulu. Perjalan kami mulai dari Kota Jambi melewati beberapa kota dilintas tengah Sumatra sampai akhirnya kami tiba di Lubuk Linggau.  Lubuk Linggau adalah kota di Provinsi Sumatra Selatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi Bengkulu sekaligus menjadi pintu masuk ke Bengkulu. Perjalanan kami menuju Bengkulu sesungguhnya baru bermula setelah kami tiba di Kota ini.

Bengkulu
Setelah keluar dari Kota Lubuk Linggau, jalan mulai mendaki dan berkelok kelok. Ya, Berbeda dengan topografi alam di Jambi dan Sumatra Selatan yang datar, topografi alam Bengkulu cenderung naik turun dan berkelok kelok karena berada di sepanjang Bukit Barisan. Kota yang kami lewati selama perjalanan dari Lubuk linggau menuju Kota Bengkulu adalah Curup (Rejang Lebong) dan Kepahiang.  Jarak antar kota tidak begitu jauh namun karena jalan penuh lubang dan berliku sehingga perjalanan terasa jauh dan lama. Menariknya di sepanjang jalan akan di suguhi pemandangan alam berupa pegunungan yang hijau berpadu dengan rumah rumah tradisional khas Bengkulu (Rejang Lebong) serta aktivitas masyarakat yang sedang menjemur kopi.
Peta : Lubuk Linggau – Curup – Kepahiang – Bengkulu
Rumah adat Bengkulu ( Kab Rejang Lebong )
Bengkulu merupakan salah satu provinsi di Sumatra yang punya potensi wisata yang sangat besar, namun sayangnya tidak dikembangkan dengan optimal. Di Curup dan Kepahiang banyak sekali objek wisata yang cukup menarik namun hanya sedikit yang tourist friendly.  Buruknya infrastruktur jalan dan minimnya penunjuk jalan dan info membuat kami kebingungan mencari tempat tempat wisata yang ada.
Yang pertama terlihat oleh kami adalah objek wisata danau Mas Bestari yang tepat berada di pinggir jalan Lubuk Linggau – Curup. Ada objek wisata lain yaitu Air terjun Kepala Curup namun karena minimnya informasi dan penunjuk jalan, kami tidak bisa menemukan air terjun tersebut.
Danau Mas Bestari
Setelah itu ada persimpangan menuju Bukit Kaba yang merupakan gunung berapi aktif di Rejang Lebong. Kami berbelok menuju Bukit Kaba dan masuk kurang lebih 8 km, sampai akhirnya kami tiba di pos penjagaan Bukit Kaba. Rupanya untuk sampai ke Bukit Kaba, dari Pos Penjagaan harus jalan kaki lagi yang cukup jauh. Alternatif lain dengan menggunakan ojek selama 15 menit. Namun karena kami buru buru kami urungkan niat kami untuk menuju Bukit ini dan hanya bisa berharap bisa kembali lagi kesini dilain waktu.
Dari jalan utama, perjalanan kami teruskan menuju Kota Curup, dan istirahat sebentar sambil Miso yang nikmat banget. Tidak jauh dari Kota ada pemandian Air Panas Suban dan air terjun.
Perjalanan kami lanjutkan ke Kepahiang, Sama seperti Rejang Lebong, di Kepahiang juga banyak objek wisata namun kurang info dan penunjuk jalan. Salah satu yang menarik di Kepahiang adalah kebun Teh Kabawetan yang letaknya tidak begitu jauh dari Kota (kurang lebih 5km). Untuk menuju ke Kebun Teh ini, liat penunjuk jalan dan gapura yang ada tulisan agrowisata kebun teh, lalu belok kekanan terus kekiri dan mendaki terus sampai ketemu kebun Teh.
Kebun Teh Kabawetan
Kebun Teh Kabawetan
Dikota Kepahiang sendiri ada beberapa yang menarik diantaranya kantor Gubernurnya yang megah dan bergaya Eropa, beda banget dengan Perkantoran di daerah lain yang biasanya memiliki arsitektur tradisional atau semi tradisional. Selain itu ada icon kota Kepahiang berupa tulisan KEPAHIANG ALAMI ala tulisan hollywood diatas bukit. Sayangnya kami tidak tau jalan / akses menuju puncak bukit tersebut karena tidak adanya penunjuk jalan.
Ki, Tgh : Memasuki Kepahiang Ka : Bukit Kepahiang Alami
Kantor Gubernur Kepahiang
Dari Kota kepahiang perjalanan dilanjutkan menuju Kota Bengkulu. Disinilah kondisi jalan makin lama semakin memburuk apalagi setelah memasuki kawasan hutan lindung. Jalanan berkelok dan menikung tajam, serta jalanan penuh lubang yang kayaknya sering ambles dan longsor. Yang tidak terbiasa dengan kondisi jalan seperti ini pasti sudah merasakan indahnya Mabuk Kepahiang. Kalau orang jatuh cinta di sebut mabuk kepayang, maka kalau disini dinamakan Mabuk Kepahiyang, Hueeek….
Dikawasan hutan lindung Bukit Daun Reg 5 kami berhenti sebentar untuk membeli madu yang dijajakan oleh penduduk setempat. Selain madu, ada juga “anak mudo” yaitu larva lebah yang masih berada di sarangnya. Sayangnya kami kehabisan anak mudo karena memang larva ini laku keras. Ohya Kabarnya di sekitar Bukit Daun Reg 5 ini sering mekar bunga Raflesia namun sayangnya lagi pada saat kami kesana bunga tersebut sedang tidak mekar.
Ki : Hutan Lindung Bukit Daun Reg 5 Ka : Madu
Kami meninggalkan hutan lindung dan mulai memasuki kota Bengkulu saat hari sudah mulai gelap. Di Kota, kami langsung mencari penginapan yang murah. Yang terkenal murah dan bagus adalah hotel Vista yang berada di jalan MT Haryono. Sialnya saat kami kesana hotel tersebut sudah penuh. Terpaksa kami harus mencari hotel lain. Selama 2 jam kami keluar masuk hotel di Kota Bengkulu namun belum ketemu satupun yang bersih, nyaman, namun sesuai dengan isi kantong. Sampai akhirnya kami tiba di Hotel Putera di Jln Jend. Sutoyo. Tarifnya Cuma 75 ribu untuk 2 orang, kamarnya bersih dan nyaman, rekomendasi banget buat para backpakeran. Hmm… saatnya istirahat *matikan lampu. 
sumber: https://jalanblog.wordpress.com

Komentar