Langsung ke konten utama

Andalkan Minapolitan dan Agropolitan

ENERJIK: Bupati Aceh Timur Hasballah bin H.M. Taib (kiri) melihat kawasan batu kapur. (Endrayani/Jawa Pos)
Nama panggilan kerennya Rocky. Nama asli Bupati Aceh Timur itu Hasballah bin H M. Taeb, 41. Meski masih muda, sosok bupati tersebut terkenal di Nanggroe Aceh Darussalam. Gebrakannya menjadikan kawasan yang awalnya minus kini mulai menggeliat.


SAAT Jawa Pos akan menemui Bupati Rocky, beberapa lansia yang renta duduk di kursi ruang tamu bupati yang cukup luas. Para lansia perempuan itu setia menunggu sang bupati yang sedang rapat intern dengan para kepala dinas. Ternyata para lansia tersebut membawa permasalahannya mereka langsung ke bupati.
”Saya tinggal di Idi, rumah saya baru terbakar. Saya mau minta bantuan Pak Bupati untuk membangunnya lagi,” ujar Salamiah, 70. Dia datang sendiri tanpa ditemani kerabatnya. Ternyata banyak tamu warga ”biasa” seperti Salamiah yang datang setiap hari. Mereka mengeluhkan masalah-masalah kebutuhan, pelayanan publik, dan lainnya.
Bupati selalu menerima mereka langsung, tanpa melalui bawahan. Mereka diajak berbicara dan diberi uang saku untuk pulang. Kebiasaan itulah yang membuat warga Aceh Timur dekat dengan bupatinya.
Saat terpilih pada 2012, Rocky langsung membuat keputusan frontal. ”Sehari setelah saya dilantik (8 Agustus 2012), saya langsung bilang, haram bagi kami untuk berkantor di Langsa. Semua harus pindah ke Idi,” katanya, lantas tersenyum.
Sejak 2007 Kabupaten Aceh Timur dimekarkan menjadi tiga, yaitu Kabupaten Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Tamiang. Sebelum dipecah, Langsa menjadi ibu kota Aceh Timur. Tetapi, setelah ada pemekaran, ibu kota Kabupaten Aceh Timur dipindah ke Idi Rayeuk.
Karena itu, ada yang lucu, ketika bupati pindah, belum ada kantor yang bisa dipakai. Bupati Rocky pun dilantik dewan perwakilan rakyat kabupaten (DPRK) di bawah tenda. Menurut Rocky, dua hari setelah dilantik, dirinya mengundang seluruh anggota DPRK untuk diajak pindah ke Idi. Tiga hari setelah dilantik, sekretaris daerah dan kepala dinas atau pejabat eselon wajib pindah ke kota kecil Idi yang sepi dan belum ada pembangunan. Selama ini kantor bupati, DPRK, dan seluruh rumah kepala dinas ada di Langsa.
Gebrakan itu cukup jitu. Idi menjadi hidup. Pusat pemerintahan Aceh Timur tersebut menggeliat. Bupati pun dengan berbagai cara membangun kantor pemerintahan satu per satu. Pusat pemerintahan itu sangat luas, berada di atas bukit. Dimulai dari dinas-dinas. Kini sedang dibangun kantor bupati dan kantor DPRK. Seluruh dinas menempati satu bangunan yang arsitekturnya sama, megah. Sementara itu, bupati masih menempati kantor Sekda.
”Saya belajar dari gaya bangunan di Kota Putra Jaya, Malaysia. Modelnya bagus,” katanya ketika ditanya dari mana ide bangunan yang unik tersebut.
Selain bangunan megah, jalan yang menghubungkan antargedung berupa aspal mulus. Pusat pemerintahan tersebut juga dilengkapi taman dan area bermain untuk wisata keluarga. Rocky menginginkan pemerintahannya dekat dengan rakyat.
Menurut Rocky, dalam membangun Aceh Timur yang memiliki 24 kecamatan tersebut, dirinya memegang satu prinsip. ”Prinsip itu dari Pak Dahlan Iskan. Saya sangat mengagumi beliau. Pak Dahlan bilang bangunlah daerahmu dari yang kecil-kecil, nantinya menjadi besar. Saya mengikuti itu,” ujarnya.
Karena itu, begitu dia menjabat dan melakukan pembangunan fisik kota, Rocky melakukan dua program dasar untuk menghidupi rakyat Aceh Timur. Pertama adalah minapolitan. Dia sangat intens mengembangkan kawasan pesisir Peureulak sampai sepuluh kecamatan menjadi pelabuhan yang kuat. Penghidupan sepuluh kecamatan di kawasan Aceh Timur tersebut bergantung pada perikanan.
Jawa Pos sempat mendatangi pelabuhan dan TPI di Kuala Idi, Aceh Timur. Pelabuhan tersebut kini sangat ramai. Sepuluh kapal kecil penuh ikan sedang bersandar. Padahal, hari masih siang (pukul 12.30). Menurut para nelayan, masih banyak yang akan sandar di pelabuhan tersebut.
Menurut beberapa nelayan, sekitar 40 ton setiap hari bisa dihasilkan di pelabuhan itu. Tampak ikan-ikan itu langsung di-packing dan dinaikkan ke atas truk. ”Ikannya langsung dikirim ke Medan dan beberapa kota di Sumut lainnya. Tidak boleh tertunda karena ikan di sini tidak boleh diberi pengawet.
Kekuatan pembangunan kedua yang dilakukan Bupati Rocky adalah agropolitan. Luas Kabupaten Aceh Timur 6.060 km persegi dengan penduduk sekitar 500 ribu orang. Dari tanah seluas itu, pertanian menjadi tiang pembangunan ekonomi di Aceh Timur. Tanaman yang kini diwajibkan adalah kedelai, padi, jagung, dan bahan makanan pokok lainnya. ”Kalau di daerah lain sekarang merasakan kenaikan harga beras. Alhamdulillah di Aceh Timur tidak ada gejolak harga. Beras melimpah,” ujarnya.
Menurut Rocky, pihaknya melakukan tanam serentak di berbagai kecamatan. Tanam serentak itu wajib dilakukan para petani. ”Saya cek sendiri perkembangan pertanian di Aceh Timur. Kalau ada yang gagal panen, saya lihat lagi apa masalahnya, apakah ada hama wereng, tikus, atau kurang air, akan kami cari solusinya. Yang jelas, warga wajib mengikuti tanam serentak. Ini tak lama lagi akan panen serentak di berbagai daerah seperti di Simpang Ulim,” ujarnya.
Sebagai pemimpin Aceh Timur, Rocky tidak menganjurkan warganya menanam tanaman yang bukan bahan pokok. ”Saya tak menganjurkan warga menanam sawit seperti daerah lain. Karena tanaman pokok lebih penting untuk kehidupan warga yang lebih baik. Kalau sawit, yang menikmati orang lain. Apa gunanya ada duit, tapi tak ada beras untuk dibeli,” tuturnya. (www.jawapos.com)

Siapkan 500 Hektare untuk Kawasan Industri
SELAIN minapolitan dan agropolitan, Rocky sedang getol mewujudkan kawasan industri. Pemkab Aceh Timur telah menyiapkan tanah seluas 500 hektare untuk pembangunan kawasan industri tersebut. Lokasinya sangat ideal untuk pembangunan pabrik-pabrik karena dilewati pipa gas Belawan (Medan)-Arun (Lhokseumawe).
Industri yang sedang dikembangkan adalah pembangunan power plant (pabrik pembangkit listrik), cold storage, pabrik kelapa sawit, tekstil, dan pabrik glass atau keramik. ”Produksi gas bisa dilakukan pada 2016. Infrastruktur sudah disiapkan Medco dan BUMD,” jelasnya.
Kini Aceh Timur juga menyiapkan pembangunan bandara di wilayah Idi Rayeuk yang akan beroperasi pada 2017. Menurut Rocky, kawasan Aceh Timur sangat ideal untuk pengembangan daerah industri. Selain tanah yang masih luas, potensi gas di Aceh Timur besar. Meski tidak sebanyak di Arun, Lhokseumawe, ada tiga blok sumber gas di Aceh Timur. Yaitu, Blok Pase, Blok Peureulak, dan yang terakhir adalah Blok A.
Hanya, biasanya pengelolaan bisnis gas di Aceh lebih banyak menguntungkan investor. Sebab, hasil gas dikirim ke daerah lain atau diekspor ke luar negeri. Sebaliknya, banyak masyarakat sekitar yang miskin. Pengelolaan sumber gas juga sarat kepentingan, baik kepentingan bisnis maupun politik.
Karena itu, Rocky memberikan perhatian penuh tentang pengembangan bisnis gas di Aceh Timur. Kebijakannya, BUMD Aceh Timur tetap berperan dalam pengelolaan sumber gas tersebut. (www.jawapos.com)

Komentar