Pasang Surut Usaha Kerajinan Rotan di Kabupaten Cirebon


Foto: Pengrajin membuat kursi rotan raksasa di Cirebon (Tri Ispranoto/detikTravel)
 Kerajinan rotan dari Kabupaten Cirebon begitu populer. Begini kisah pasang surut usaha kerajinan rotan di sana.

Kabupaten Cirebon tepatnya di daerah Desa Tegalwangi, Kecamatan Weru selama ini dikenal sebagai sentra kerajinan aneka barang berbahan rotan. Bahkan di masa jayanya dulu tidak kurang dari 3 ribu kontainer aneka olahan rotan diekspor ke luar negeri dalam kurun waktu satu bulan.

Pembina Yayasan Kampung Wisata Rotan Galmantro, Sumarja menuturkan, era kebangkitan usaha rotan terjadi pada sekitar tahun 1986 hingga 1994. Usaha sempat tersendat pada tahun 1997 karena terjadi kerusuhan skala nasional.


Pasca era kerusuhan dan reformasi, usaha rotan kembali bangkit dari mati suri mulai tahun 1998. Di tengah merangkak naik menuju puncak tepatnya tahun 2005 hingga 2010 usaha rotan kembali anjlok karena adanya kebijakan ekspor bahan baku ekspor ke luar negeri.

Hingga akhirnya sejak tahun 2011 kebijakan tersebut dihapuskan dan kini para pengusaha dan warga sekitar yang menggantungkan hidupnya dari sektor industri rotan pun mulai kembali menggeliat. Dan setahun lalu warga pun bersepakat membangun sentra wisata rotan di Desa Tegalwangi.

"Faktor utama jatuh bangun itu pada regulasi kebijakan pemerintah. Karena rotan itu tumbuh subur di daerah tropis dan terbaik adalah di garis khatulistiwa, artinya hanya di Indonesia. Sementara saat itu pemerintah malah memperbolehkan ekspor bahan baku," beber Sumaja saat berbincang dengan detikTravel di Desa Tegalwangi, Selasa (14/3/2017).

Saat ekspor diperbolehkan maka minat pasar akan barang jadi asal Indonesia kurang diminati. Pasalnya mereka sudah bisa membuat sendiri barang jadi hasil dari ekspor bahan baku rotan dari Indonesia. Namun akhirnya kebijakan ekspor pun resmi dihentikan pada tahun 2012.

"Sekarang yang perlu kita waspadai adalah penyelundupan. Karena kita sinyalir masih banyak. Buktinya saat kita kekurangan bahan baku, tiba-tiba stok bahan baku dari luar negeri malah melimpah," katanya.

Disinggung mengenai keberadaan rotan sintetis, Sumaja mengaku hal itu tidak mempengaruhi siklus perdagangan lantaran dari segi peminat dan peruntukan pun berbeda. Bahkan di Tegalwangi terdapat industri yang memproduksi rotan sintetis.

Sumaja mengatakan, kebanyakan produk berbahan rotan sintetis digunakan untuk outdoor karena tidak mudah rusak. Sementara rotan murni diperuntukkan sebagai bahan baku aneka perabot atau furnitur indoor.

"Apalagi kalau orang tahu barang pasti lebih memilih yang asli. Hanya biasa kalau orang itu asal beli saja. Padahal kalau sintetis dan yang rotan itu beda peruntukkannya," ucapnya.

Salah seorang pengusaha kerajinan rotan, Djarso mengamini hal tersebut. Menurutnya industri rotan Kabupaten Cirebon sudah mendunia sejak dulu. "Semua negara sudah kita masuki. Mungkin hanya Kutub Utara dan Kutub Selatan saja yang tidak ada," canda pria yang identik dengan kopiah hitam itu.

Sebagai pengusaha turun temurun, dia berharap masa kejayaan industri rotan bisa kembali. Hal tersebut tidak hanya menguntungkan pengusaha tapi juga membuka lapangan pekerjaan yang sangat luas bagi masyarakat sekitar. (dtc)

Komentar