* LIMA
Setiap
hari Afrika mengawali pagi, seekor rusa bangun. Tahu bahwa ia harus berlari
lebih cepat daripada seekor singa yang paling cepat, atau ia akan mati
terbunuh.
Setiap
pagi seekor singa bangun. Tahu bahwa ia harus mencari rusa yang paling lambat,
atau ia akan mati kelaparan.
Tidak
masalah apakah kamu adalah seekor singa atau seekor rusa, ketika matahari
terbit, lebih baik kamu mulai berlari, berlari dan berlari.
Puisi Tradisional Afrika
DALAM
upaya
mengubah dan memajukan wilayah dan masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim), bersama
jajaran Pemerintah Provinsi Kaltim, Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak
menegaskan dirinya tetap fokus menuntaskan berbagai program prioritas
pembangunan daerah --khususnya yang terkait dengan pembangunan infrastruktur
dan program pro-rakyat.
"Kami telah menyusun
program-program prioritas pembangunan daerah sesuai yang tertuang dalam
RPJMD Kaltim Maju 2013-2018 khususnya
penuntasan program pembangunan di tahap pertama lalu (Kaltim Bangkit 2009-2013)
serta program pro-rakyat," kata Awang Faroek, pertengahan 2015 lalu.
Fokus penuntasan program
prioritas pembangunan daerah itu, demikian penjelasan Gubernur Awang Faroek,
meliputi program utama yakni pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM) Kaltim melalui pemenuhan kebutuhan ataupun infrastruktur dasar
masyarakat.
Di antaranya pembangunan
sarana serta prasarana pendidikan serta pemberian bantuan pendidikan berupa
Beasiswa Kaltim Cemerlang untuk seluruh jenjang pendidikan dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi ataupun dukungan insentif bagi tenaga pengajar (guru).
Juga pembangunan sarana
dan prasarana kesehatan berupa pembangunan Puskesmas 24 Jam hingga pembangunan
rumah sakit pratama di wilayah pedalaman dan daerah terpencil serta kawasan
perbatasan dengan kecukupan tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat).
Selain itu, penuntasan
proyek pembangunan instalasi dan pembangkit listrik yang sudah masuk dalam
agenda MP3EI di era Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan kemudian dilanjutkan pada
masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo saat ini.
Program lainnya adalah
pembangunan infrastruktur guna membuka aksesibilitas dan konektifitas dalam
daerah ataupun antar-daerah berupa jalan, jembatan serta pelabuhan dan bandara
yang sudah terbangun dan perlu dituntaskan.
"Infratsruktur kita
khususnya pembangunan jalan dan jembatan yang telah ada perlu dilakukan
peningkatan kualitas serta kapasitasnya. Di antaranya, proyek jalan Trans
Kalimantan yang di dalamnya termasuk pembangunan jembatan Pulau Balang,”Gubernur Awang Faroek menjelaskan.
Awang menambahkan
pembangunan jalan serta infrastruktur lainnya seperti jalan tol
Balikpapan-Samarinda serta beberapa kawasan ekonomi yang mengadopsi moda
transportasi kereta api tetap melibatkan pihak swasta dalam pembangunan.
Termasuk pembangunan
kawasan industri baik Kawasan Industri Kariangau (Balikpapan) dan Pelabuhan
Peti Kemas Palaran (Samarinda) terlebih pembangunan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional Maloy yang saat ini telah ditingkatkan menjadi Maloy
Batuta Trans Kalimantan Economic Zone.
“Kasawan industri yang kami
bangun dan akan dituntaskan tidak lain untuk meningkatkan perekonomian daerah
yang berimbas pada peningkatakn kesejahteraan rakyat. Contoh, KIPI Maloy akan
menampung hasil perkebunan rakyat termasuk kawasan industri lainnya. Itu
semua pasti terkait kegiatan masyarakat.
Nah, ini kan jelas pembangunan pro-rakyat," kata Gubernur Awang Faroek.
Pembangunan prioritas
daerah lainnya, terang Awang, yakni pembangunan dan pengembangan sektor
pertanian dalam arti luas yang digadang-gadang menjadi lokomotif perekonomian
Kaltim dengan mengutamakan pemberdayaan masyarakat. Program ini, lanjutnya,
tidak lain sebagai upaya guna meningkatkan taraf hidup dan pendapatan warga
masyarakat Kaltim yang kelak berimbas pada mengentaskan kemiskinan dan
pengurangan pengangguran karena lapangan usaha dan kesempatan kerja semakin terbuka
lebar.
"Jadi kalau ada yang
mengatakan kami tidak fokus, yang mananya tidak fokus. Sejak awal saya memimpin
hingga tahap kedua masa kepemimpinan ini, kami tetap menetapkan serta
melaksanakan program pembangunan prioritas yang pro-rakyat,”ujar Awang Faroek Ishak.
Awang Faroek berharap, pada
masa kepemimpnan Presiden Joko Widodo dan Yusuf Kalla (Jokowi-JK), khususnya di
era Kabinet Kerja ini, Kaltim memperoleh perhatian khusus karena selain sebagai
daerah penghasil juga masih banyak ketertinggalan pembangunan yang perlu
dikejar guna mewujudkan kesejahteraan rakyat dan pembangunan ekonomi nasional.
Pendek kata, Gubernur
Awang Faroek menandaskan, prioritas pembangunan Bumi Etam berada pada tiga
bidang, yaitu infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), dan sektor unggulan.
Infrastruktur dikembangkan di Kaltim sebagai sarana penopang pembangunan dan
pelayanan publik. Daerah yang memiliki infrastruktur yang memadai cenderung
lebih menarik bagi investor menanamkan modalnya. Dengan pengembangan
infrastruktur, diharapkan semakin banyak investor (asing ataupun domestik) yang
berinvestasi di Kaltim. Pada akhirnya roda pembangunan pun dapat berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Terutama tercermin pada
proyek-proyek MP3EI, Gubernur Awang Faroek Ishak terlihat betul menaruh dan
merealisasikan pembangunan pada tiga prioritas tersebut agar Kaltim terus
berlari dan berlari mengejar ketertinggalan. Dari sisi infrastruktur terlihat
pada pengembangan bandara di wilayah perbatasan dan pedalaman, jalan tol
Balikpapan-Samarinda, dan sejumlah pembangkit listrik. Kemudian, dari sisi
sumber daya manusia, tampak pada pembangunan kampus perguruan tinggi. Dan dari
segi sektor unggulan, nampak pada pengembangan agroindustri dan energi.
Berkat
prioritas-prioritas tersebut, Kaltim kini telah bangun dari tidur. Hal ini
tidak terlepas dari keberanian seorang Awang Faroek untuk mengubah haluan
ekonomi dalam membangun wilayah yang sempat dijuluki The Sleeping Giant tersebut. Hasil-hasil pembangunan yang tercermin
pada proyek-proyek MP3EI –baik yang telah selesai, tengah berjalan maupun baru sebatas
peletakan batu pertama— dapat dikatakan mampu membawa perubahan kemakmuran dan
kesejahteraan di Kaltim menuju masa depan warga masyarakat yang lebih
berpengharapan.
A.
Mengubah
Haluan Ekonomi
Keberadaan hasil-hasil
proyek MP3EI di Kalimantan Timur, minimal, telah mampu mengubah haluan ekonomi
yang selama ini cenderung mengandalkan sumber daya alam (SDA) tidak terbarukan
(unrenewable resources) ke arah
pemanfaatan SDA terbarukan (renewable
resources) yang sejak awal dimisikan oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek
Ishak. Misi yang ingin digapai adalah mewujudkan pertumbuhan tinggi yang
berkelanjutan (high and sustainable
growth).
Gubernur Awang Faroek
menyadari bahwa memacu laju pertumbuhan ekonomi dengan cuma bertumpu pada
ekstraksi unrenewable resources tidak
akan mampu menjamin keberlanjutan pertumbuhan dalam jangka panjang. Dia
menginginkan agar pertumbuhan tinggi tidak dinikmati oleh satu generasi saja
tapi dapat diwariskan ke generasi-generasi berikutnya.
Sejalan dengan itu,
pemahaman filosofis mengenai intertemporal
choice atau pilihan yang bersifat antar-waktu, antar-generasi, menjadi
sangat dibutuhkan dalam konteks perencanaan pembangunan ekonomi wilayah Kaltim.
Ketika merencanakan program pembangunan, Awang mengadopsi prinsip bahwa
pembangunan tidak sebatas hanya untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang
namun juga untuk kemakmuran dan kesejahteraan generasi yang akan datang.
Dengan begitu, peranan unrenewable resources tidaklah semata-mata
dilihat dalam konteks kenikmatan dan kesejahteraan pada saat ini (present time) tapi perlu pula dimaknai
dalam konteks antar-waktu atau lintas waktu di masa depan (future time). Bila mengabaikan hal ini maka perekonomian Kaltim akan
berada dalam ancaman besar, terkait dengan penurunan kesejahteraan warga masyarakatnya
di masa mendatang.
Ketika mengajukan
proyek-proyek tahun jamak yang masuk dalam MP3EI, Awang Faroek mencoba cara
berpikir baru yang bersifat lintas generasi, di mana pembangunan yang
dilaksanakan harus dilihat dalam dimensi waktu yang panjang. Sehingga, pola perencanaan
pembangunan tidak sebatas fokus pada kepentingan sekarang namun juga generasi
mendatang. Apa yang dilaksanakannya selama memimpin Provinsi Kaltim diupayakan
untuk tidak menjerumuskan anak cucu kita ke dalam masalah lingkungan parah yang
mustahil dipulihkan.
Alasannya bukan
semata-mata lantaran ketersediaan SDA sepanjang waktu yang semakin berkurang
dan suatu waktu bakal habis (exhaustible
resources), tapi ancaman kerusakan lingkungan pun membayangi daratan dan
ekosistem Kaltim. Sebab itu, mempertahankan cadangan SDA yang kian menipis dan
pengalihan sektor SDA yang tak bisa diperbarui ke usaha yang dapat diperbarui
sangat lah mendesak untuk dilakukan.
Peranan sektor migas dan
pertambangan memang masih sangat dominan dan penting bagi Kaltim. Kontribusi
besar sektor migas dan pertambangan tersebut telah mampu memicu dan memacu pertumbuhan
ekonomi yang dalam beberapa tahun terakhir melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi
nasional. Namun, aspek keberlanjutan pertumbuhan ekonomi lebih penting daripada
pertumbuhan ekonomi yang bersifat sesaat, maka ketergantungan pada sektor migas
dan pertambangan secara perlahan akan dikurangi.
Upaya mengurangi peranan
sektor migas itu tampak jelas pada sejumlah proyek MP3EI seperti pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga (PLT) Biomass Sawit dan PLT Biogas. Dengan mulai dimanfaatkannya
limbah sawit untuk biomass, tampak jelas ke depan Kaltim berusaha tidak lagi sekadar
bergantung pada batubara dan gas yang saat ini masih tersedia melimpah di
berbagai wilayah Kaltim.
B.
Masa
Depan di Sektor Pertanian dan Agroindustri
Proyek-proyek MP3EI yang
telah merambah pada pemanfaatan limbah sawit untuk bahan pembangkit tenaga
listrik, pembukaan food estate dan
pembangunan kampus perguruan tinggi di Kaltim menunjukkan perubahan strategi
pembangunan dari daerah berbasis migas dan pertambangan menjadi berbasis
agroindustri dalam arti luas dan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar
mampu berkompetisi di kancah global. Perubahan ini akan terus digaungkan dan
didorong ke segenap lapisan warga masyarakat. Terlebih, perubahan haluan
ekonomi diharapkan akan mampu menyerap tenaga kerja tidak terampil dalam jumlah
yang relatif besar.
Kendati saat ini
kontribusi sektor pertanian dalam arti luas masih relatif rendah terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tapi sektor pertanian mampu menyerap
tenaga kerja lebih dari 35 persen dibandingkan dengan sektor migas dan
pertambangan yang hanya menyerap 11,74 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
sudah seharusnya fokus perhatian dalam membangun ekonomi Kaltim adalah sektor
pertanian dan turunannya.
Masa depan perekonomian
Kaltim adalah sektor pertanian dan agroindustri. Sektor pertanian merupakan
sektor yang dianggap mampu mengurangi pengangguran. Dengan begitu, pengembangan
sektor pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian akan menjadi kata
kunci bagi Pemerintah Provinsi Kaltim dalam memerangi dan mengurangi kemiskinan.
Persentase penyerapan
tenaga kerja sektor ekonomi pertanian dalam beberapa tahun terakhir (2008-2013)
relatif cukup besar. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang besar
berkontribusi pada penurunan tingkat pengangguran sebesar 13,43 persen dari
77,27 persen usia angkatan kerja (15-64) pada tahun 2006. Angka ini kembali
mengalami penurunan hingga 9,39 persen dari 65,27 persen angkatan kerja pada
tahun 2012.
Hal yang sama terjadi
dalam penurunan angka kemiskinan di Kaltim. Persentase penduduk miskin di
Kaltim dalam rentang waktu empat tahun
terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2009 persentase penduduk miskin
7,73 persen, menurun pada tahun 2010, yakni 7,66 persen dan 2011 menurun lagi jadi 6,77 persen, selanjutnya 2012 turun kembali menjadi 6,68
persen, atau melampaui target RPJMD Kaltim 2013, yakni 7 persen dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2014, mencapai 8-10 persen, bahkan
melampaui target Millenium Development
Goals (MDGs) 2015, yaitu 7,5 persen.
“Kami berhasil menurunkan
angka kemiskinan dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kaltim selama empat
tahun terakhir. Pada 2009 mencapai 10,83
persen, kemudian 2010 menurun menjadi 10,10 persen, sedangkan 2011 TPT Kaltim
sebesar 9,84 persen. TPT Kaltim 2012 menurun jadi 8,90 persen,” terang Awang
Faroek Ishak dalam satu kesempatan.
Satu fakta penting bahwa
sebagian besar penduduk miskin di Kaltim menetap di wilayah pedesaan yang
penghidupan pokoknya bersumber dari pertanian subsisten. Karena itu, beberapa
proyek MP3EI wilayah Kaltim diupayakan benar-benar memberi arti bagi warga
masyarakat di pedesaan, membuka lapangan kerja, membuka akses jejaring pasar,
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu contoh penting adalah
pengembangan kawasan tanaman pangan (food
estate and rice estate) yang bertujuan memberdayakan masyarakat petani di
Kaltim. Misalkan food estate Bulungan
yang telah mulai berproduksi tahun 2012. Di sini dikembangkan komoditi jagung
dan padi dengan menggandeng PT Miwon Indonesia dan BUMN PT (Persero) Sang Hyang
Seri. Juga pengembangan perkebunan plasma sawit di beberapa kabupaten di
Kaltim.
”Kemiskinan terjadi
karena masyarakat tidak bekerja, karena itu dalam pembangunan yang dilaksanakan
harus memberikan dampak pada terbukanya lapangan pekerjaan. Karena itu, kami
tetap konsen pada pembangunan yang diarahkan pada keberpihakan dengan rakyat,
yaitu Pro Growth (Pro Pertumbuhan), Pro Job (Pro Penciptaan Lapangan
Pekerjaan), Pro Poor (Pro
Pemberantasan Kemiskinan), dan Pro
Environment (Pro Lingkungan),” jelas Awang.
Strategi pembangunan
ekonomi yang dilandaskan pada sektor pertanian untuk meningkatkan penyerapan
tenaga kerja minimal memerlukan tiga unsur pelengkap, yakni percepatan
pertumbuhan ekonomi melalui penyesuaian teknologi, institusional dan pemberian
insentif harga; meningkatkan beberapa kali lipat permintaan domestik terhadap
output pertanian; dan melakukan diversifikasi pembangunan di daerah pedesaan,
khususnya kegiatan pembangunan yang bersifat padat karya.
Di sini, Gubernur Awang
Faroek berupaya memanfaatkan pendekatan klaster industri --pola pengelompokan
suatu industri dengan mempertimbangkan skala ekonomi dan integrasi industri
mulai dari hulu sampai hilir. Di mana klaster industri fokus pada pengembangan
industri yang saling berhubungan –baik industri inti, industri penunjang (supporting industries) maupun industri
terkait (related industries).
Untuk menuju pengembangan
sektor pertanian dalam arti luas, Pemerintah Provinsi Kaltim membangun integrated food and rice estate. Langkah
ini merupakan salah satu upaya yang tepat untuk mendukung perubahan struktur
ekonomi Kaltim. Integrated food and rice
estate juga memberi nilai tambah pada lapangan usaha masyarakat dan menjadi
sumber penghasilan baru bagi warga masyarakat Kaltim dengan kebutuhan tenaga
kerjanya yang besar.
Selain itu, pengembangan food and rice estate di Kaltim memiliki
potensi yang besar karena Kaltim mempunyai sumber daya lahan yang cukup luas
dan sangat cocok untuk pengembangan tanaman pangan. Aspek agroekologis dan
biofisik Kaltim pun merupakan modal bagi pengembangan kawasan pangan skala luas
(food estate).
Tidak terbantahkan bahwa
Kaltim memang memiliki potensi besar di sektor pertanian. Di mana saat ini
Kaltim mempunyai lahan pertanian seluas 331.183 hektar yang berada di Kabupaten
Paser (5.500 hektar), Penajam Paser Utara (1.400 hektar), Kutai Barat (70.000
hektar), Kutai Kartanegara (36.347 hektar), Kutai Timur (67.506 hektar), Berau
(62.751 hektar), Bulungan (50.000 hektar), Tana Tidung (6.200 hektar), Malinau
(1.933 hektar), dan Nunukan (46.200 hektar). Potensi lahan tersebut akan sangat
membantu mendongkrak produksi beras nasional dalam program Rice Estate and Food Estate.
Kebijakan pengembangan Rice and Food Estate yang diputuskan
pemerintah memiliki efek jangka panjang untuk keberlangsungan pertanian itu
sendiri. Selain itu, kebijakan tersebut akan menghasilkan double impact bagi pembangunan pertanian dan penyerapan tenaga
kerja. Secara khusus konsep ini sangat berkaitan erat dengan pola pertanian
terpadu dalam arti luas. Di mana kombinasi kedua konsep ini akan menciptakan
kondisi sistem pertanian yang berkesinambungan (sustainable agriculture).
Pola pertanian terpadu
sendiri merupakan suatu pola yang mengintegrasikan beberapa unit usaha dalam
bidang pertanian yang dikelola secara terpadu, berorientasi ekologis, sehingga
diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi dan produktivitas yang
tinggi.
Pertanian terpadu akan
menghasilkan produk-produk pertanian, perkebunan dan peternakan dalam jumlah
besar melalui sinergitas antar-unit dengan mengedepankan kelestarian
lingkungan. Hal ini akan meningkatkan nilai tambah ekonomi karena efiensi dan
efektivitas yang tinggi serta produktivitas yang baik.
Selain itu perlu pula
dipahami bahwa pertumbuhan sektor industri –terkhusus agroindustri—tidak akan
berjalan lancar tanpa pembangunan pertanian yang integratif. Dan kalaupun
industrinya bisa berjalan, pertumbuhan industri tersebut akan menciptakan
berbagai ketimpangan internal perekonomian Kaltim yang masih cukup parah.
C.
Industri
Ramah Lingkungan
Dua unit proyek reaktor
pembangkit listrik Biogas PT Rea Kaltim Plantations (Reakap) di Kecamatan
Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara, memperlihatkan pemikiran bernas
seorang Awang Faroek yang mendorong terciptanya industri yang ramah lingkungan.
Tenaga biogas yang menggerakkan mesin penghasil listrik adalah limbah dari hasil proses pengolahan biji
sawit menjadi CPO. Limbahnya ramah lingkungan sehingga gas yang dihasilkan pun
ramah lingkungan. Di sini tampak sinergi yang cukup harmonis antara tujuan
pembangunan menyerap tenaga kerja dan peningkatan daya dukung lingkungan.
Gubernur Awang Faroek sangat
menekankan hal ini mengingat adanya Inpres Nomor 01/2010 yang menetapkan Kaltim
sebagai pusat pengembangan klaster industri berbasis pertanian (oleochemical) di kawasan Maloy dan
industri berbasis migas serta kondensat di Bontang. Penetapan ini merupakan
salah satu bentuk dukungan pemerintah pusat untuk pengembangan sektor pertanian
dan agroindustri ramah lingkungan.
Pengembangan komoditas
pertanian (perkebunan) yang berorientasi ekspor di Kaltim sangat kondusif
karena didukung oleh ketersediaan lahan dan agroekologis Kaltim. Penetapan
fokus pada agroindustri mampu menciptakan comparative
advantage dan bahkan competitive advantage.
Dan Awang berusaha mewujudkan keunggulan ini dengan berusaha senantiasa
memanfaatkan potensi yang ada secara maksimal, termasuk membangun pembangkit
listrik yang terintegrasi dengan industri sawit sebagaimana yang telah
terealisasi di perusahaan PT Rea Kaltim Plantations (Reakap) yang berlokasi di
Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Intinya, di sini,
Gubernur Awang Faroek ingin menjaga kelestarian lingkungan di wilayah
Kalimantan Timur. Bahwa kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari
lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Secara langsung
ataupun tidak langsung, lingkungan memiliki peran penting dalam perkembangan
kehidupan umat manusia.
Langkah yang berangkat
dari pandangan filosofis ini mengandung makna bahwa manusia mesti merenungi dan
memaknai secara mendalam mengapa Allah SWT menciptakan bumi berserta isinya. Sebagai
seorang muslim, Awang Faroek berusaha memahami firman Allah SWT yang secara
eksplisit menyebutkan bahwa “semua yang diciptakan Allah di alam tidak ada yang
sia-sia.”
Dengan begitu, tidaklah
berlebihan bila Awang meyakini benar bahwa lingkungan yang ada di dalamnya
mencakup kekayaan alam dan keaneka-ragaman biodiversity merupakan karya
monumental Allah SWT yang dianugerahkan kepada umat manusia. Dengan keyakinan
itu serta memahami bumi beserta isinya, maka setiap manusia akan mampu menjawab
pertanyaan, mengapa bumi diciptakan. Mengapa Allah SWT memberikan kekayaannya
yang tidak terbatas untuk umat manusia dalam bentuk SDA secara cuma-cuma.
Sejalan dengan pemahaman
filosofis tersebut, Gubernur Awang menyadari bahwa selama ini kita telah salah
dengan menganggap bumi mempunyai kemampuan tak terbatas untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Sehingga umat manusia seakan-akan diberikan hak untuk
mengeksploitasi alam. Manusia juga tidak menyadari bahwa sesungguhnya bumi ini
sangat rentan bila diperlakukan secara semena-mena.
Fakta di berbagai daerah
menunjukkan bahwa malapetaka lingkungan yang terjadi tidak terlepas dari ulah
tangan manusia sendiri yang tidak memahami dan memaknai alam semesta yang pada
dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi itu sendiri.
Mengkhawatirkannya lagi
bumi yang sudah sedemikian panas ini semakin bertambah panas lagi lantaran
atmosfir bumi dipenuhi gas rumah kaca (sebagai green house effect), terutama yang berasal dari karbondioksida sisa
kendaraan yang memakai bahan bakar minyak serta polusi karena gas buangan
industri.
Malapetaka lingkungan
juga disebabkan oleh ulah manusia ketika kekayaan alam itu diambil dengan penuh
keserakahan, yaitu tanpa mempertimbangkan daya dukung ekosistem secara
keseluruhan. Umat menusia kehilangan sifat manusiawinya dalam proses
eksploitasi SDA, sehingga tidak memperhitungkan dampak kerusakan lingkungan
yang terjadi dalam jangka menengah dan panjang.
Secara empiris, memang
sudah terdapat langkah-langkah perubahan menuju pada penerapan ide-ide
keberpihakan kepada lingkungan dalam bentuk pembangunan berwawasan lingkungan
atau pro environment strategy. Namun
sulit mengharapkan bahwa ide keberpihakan lingkungan akan secara otomatis
terinternalisasi ke dalam alam bawah sadar setiap orang, khususnya kepada para
pengambil kebijakan.
D.
Capaian
Pembangunan yang Terus Dievaluasi
Dalam empat tahun
terakhir, Kaltim boleh dikatakan mampu bangun dari tidurnya. Banyak potensi
yang dapat dikembangkan dan banyak pula prestasi yang telah ditorehkan. Namun,
kata Gubernur Awang Faroek, "Tidak ada kata berhenti berkarya untuk
membangun Kaltim. Kita harus bekerja secara cerdas dan sudah saatnya kita
bangkit untuk mengejar kemajuan dari ketertinggalan pembangunan untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat."
Capaian keberhasilan
selama empat tahun ini, demikian kata Gubernur, tidak terlepas dari peran,
kerja sama, koordinasi dan kebersamaan dari eksekutif, legislatif dan yudikatif
didukung oleh TNI dan Polri, dunia usaha serta seluruh elemen masyarakat. Tahun
2013 yang sudah ditetapkan sebagai Tahun Peningkatan Kinerja dan Prestasi, lanjut
Gubernur, merupakan tahun terakhir dari pelaksanaan RPJMD 2009-2013 untuk
mewujudkan Kaltim yang lebih sejahtera.
Dalam empat tahun
pelaksanaan pembangunan 2009-2013, alokasi anggaran pembangunan Kaltim mencapai
Rp64,04 triliun yang bersumber dari APBN dan APBD provinsi. Berbagai program
yang dilakukan pemerintah, mampu memberikan perubahan cukup nyata terhadap
kemajuan pembangunan, yang dapat dilihat dari beberapa indikator kinerja utama
pembangunan, seperti PDRB Kaltim yang terus meningkat dari tahun ke tahun, dan
hingga Agustus 2012 mencapai Rp321,77 triliun.
Pertumbuhan ekonomi
Kaltim pun terus meningkat. Pada Agustus 2012 telah mencapai 4,75% jika
dibandingkan dengan 2011 yang hanya 3,93%. Untuk investasi, hingga Agustus 2012
sudah mencapai Rp23,8 triliun. Kemudian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
juga terus menurun. Jika pada 2009 angka TPT mencapai 10,83% maka pada Agustus
2012 angka TPT menjadi 8,9%. Tingkat kemiskinan juga terus mengalami penurunan,
di mana kondisi 2009 mencapai 7,73% dan hingga Agustus 2012 menurun menjadi
6,68% atau sudah melampaui target angka kemiskinan (poverty) pada 2013, yaitu 7%.
Selanjutnya untuk Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator peningkatan kualitas SDM pun terus
meningkat, pada 2009 sebesar 75,11 meningkat menjadi 75,56 pada 2010 dan pada
2011 kembali meningkat menjadi 76,22 dan Kaltim hingga saat ini berada pada
peringkat lima nasional.
Selain itu, Pemprov dalam
kerangka pembangunannya menitik-beratkan pada upaya membangun fundamental
ekonomi melalui percepatan pembangunan kawasan industri yang berorientasi pada value added dan ekspor non-migas dengan
pendekatan klaster industri.
"Membangun Kaltim
Untuk Semua tidak sebatas slogan pembangunan tapi justru merupakan ultimate goal pembangunan melalui
pembangunan yang bersifat inklusif dan berkeadilan, serta pembangunan yang
dimuarakan pada tujuan utama, yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat
Kaltim," tutur Awang Faroek.
Pembangunan di seluruh
Kaltim difokuskan pada sektor infrastruktur, pertanian dalam arti luas dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk infrastruktur, pembangunan
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yakni jalan dan
jembatan, bandara dan pelabuhan, ketenagalistrikan dan air bersih.
Pertanian dalam arti luas
menjadi prioritas utama, karena sebagai sumber daya alam terbarukan (renewable resources) sektor ini ke depan
akan menggantikan sektor migas dan batubara yang akan habis. Selanjutnya adalah
peningkatan kualitas SDM melalui program beasiswa Kaltim Cemerlang bagi seluruh
warga masyarakat Kaltim, yang merupakan investasi jangka panjang yang akan
dinikmati generasi yang akan datang.
"Semua kebutuhan
dasar masyarakat harus kita penuhi melalui pembangunan infrastruktur. Apa yang
kita bangun sekarang ini bukan program yang muluk-muluk tetapi ditujukan untuk
seluruh warga masyarakat Kaltim," katanya.
E.
Sekelumit
Catatan Kadin Kaltim
Melihat berbagai
keberhailan pembangunan Kaltim, melalui Ketua Umum HM Fauzi A. Bahtar, Kamar
Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim memberikan beberapa catatan penting untuk
perbaikan ke depan. Menurut Fauzi, jika lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional
adalah government expenditure, Kaltim
justru mengalami paradoks karena anggaran yang bersifat ekspansif, justru
berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi.
APBD Kaltim tahun 2013
meningkat 116% dibanding tahun 2010. Pada saat yang sama, pertumbuhan tahun
2013 (2,2%) jika dibandingkan tahun 2010 (5,10%), justru tumbuh negatif sebesar
2,90%. Perbaikan harga batubara dan peningkatan permintaan diperkirakan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kaltim pada 2014 sehingga tumbuh berkisar 3% –
4%. Inflasi pun diperkirakan sebesar 5,85% setelah melonjak tinggi pada tahun
2013 hingga mencapai 9,65%.
Menyikapi optimisme
kinerja ekononi Kaltim tahun 2014, Kadin Kaltim merasa banyak hal yang harus
dicermati karena asumsinya sangat tergantung dengan pertumbuhan ekonomi global,
khususnya permintaan dan harga komoditas batubara.
Perekonomian dunia yang
masih sangat tergantung pada perkembangan zona USD dan Euro membuat lokomotif
utama batubara yang berkontribusi 60%
dari total ekspor Kaltim, masih belum sepenuhnya aman.
Ketergantungan terhadap single prime commodity membuat
pertumbuhan ekonomi Kaltim sangat rentan. UU Nomor 4/2009 tentang Minerba
melarang ekspor bahan mentah mineral tambang efektif mulai Januari 2014. UU ini
dimaksudkan untuk mempercepat hilirisasi dan meningkatkan value added hasil-hasil tambang Indonesia. Bila pemerintah pusat
konsisten dengan UU ini, maka akan sangat sulit untuk mencapai pertumbuhan
sesuai proyeksi.
Mercermati perkembangan
tersebut, Kadin Kaltim sepakat bahwa transformasi dengan melakukan perubahan
struktur ekonomi Kaltim sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Proses transformasi
membutuhkan waktu dan memerlukan perencanaan secara menyeluruh namun jelas
tahapan, parameter, dan indikator kemajuaan tiap tahun. Pada akhirnya,
pertumbuhan dengan pembangunan adalah sesuatu yang direncanakan, bukan kebetulan.
Jika dilihat dari sisi
tenaga kerja berdasarkan lapangan pekerjaan di Kaltim, sektor jasa lebih
dominan dibanding sektor lainnya. Sekror jasa menjadi yang terbanyak menyerap
tenaga kerja dengan 49,3%, diikuti oleh sektor pertanian dengan 38,58%, dan
yang terakhir adalah sektor industri sebesar 11.99%. Data ini merupakan
persoalan klasik Kaltim, sektor yang dominan menyerap tenaga kerja memiliki
produktivitas rendah dan berkontribusi kecil terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, sektor yang penyerapan tenaga kerjanya rendah memiliki
produktivitas tinggi dan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sebagai akibatnya,
pendapatan per kapita Kaltim yang tinggi tidak mencerminkan distribusi
pendapatan riil di masyarakat. Sehingga, selama periode 2010–2013 Kaltim tidak
hanya mengalami masalah pertumbuhan ekonomi namun juga kualitas pertumbuhan.
Sebagai kontribusi
pemikiran, Kadin Kaltim memiliki usulan berikut. Pertama, memetakan koridor arus barang, jasa, dan keuangan. Koridor
I terdiri dari Mahakam Ulu – Kubar – Kukar – Samarinda. Koridor II: Berau –
Kutim – Bontang – Kukar – Samarinda. Koridor III: Pasir – Penajam – Balikpapan.
Samarinda secara tradisional menjadi “hub” yang menghubungkan antar-daerah pada
koridor I dan II tapi bukan outlet untuk industri. Sementara Balikpapan menjadi
“hub” sekaligus outlet untuk koridor III.
Kedua,
transformasi perubahan struktur ekonomi diarahkan pada penciptaan business to consumer dan business to business. Business to consumer membidik lembaga
ekonomi mikro–kecil. Sedangkan business
to business diarahkan pada institusi ekonomi menengah dan besar.
Pembangunan ekonomi Kaltim selama ini dominan pada Business to government sehingga hanya menghasilkan “pengusaha
proyek” yang sangat tergantung pada APBD.
Ketiga,
fokus pada kebutuhan lokal. Sektor pertanian dan jasa menyerap tenaga kerja
besar tapi produkivitas rendah sehingga gaji juga rendah. Pada sisi lain,
permintaan yang tinggi untuk bahan makanan dan suplai dari luar Kaltim
terhambat karena transportasi mengakibatkan harga sangat tinggi. Akibatnya
inflasi tinggi. Dengan demikian perlu untuk fokus pada pertanian dan tanaman
pangan, perikanan, dan peternakan. Untuk perkotaan fokus pada sektor jasa
dengan peningkatan kualitas SDM sehingga produktivitas meningkat.
Keempat,
memperbaiki sistem logistik. Problem klasik Kaltim adalah kelangkaan karena
stok yang tidak seimbang dengan permintaan. Bahan pangan dan bangunan langka
pada akhir dan awal tahun lantaran kesulitan transportasi laut. Sinergi
pemerintah bersama pengusaha daerah untuk membangun local industry (pabrik pengolahan) dan public infrastructure (cold
chain storage) diharapkan dapat mengatasi masalah ini.
Sumbangan pemikiran
tersebut memiliki dimensi jangka pendek dan menengah karena Kadin Kaltim
berharap proses transformasi tersebut sebagian besar sudah selesai dalam waktu
10 tahun.
Pemetaan ekonomi Kaltim
menunjukkan model peripherical economic
yang nyata dengan Samarinda menjadi inti pada koridor I dan II serta Balikpapan
untuk koridor III. Kedua kota inti ini berada pada dasar “mangkuk” perekonomian
Kaltim sehingga menikmati aliran belanja (uang) dari kabupaten/kota yang berada
di pinggir “mangkuk” tetapi dihabiskan di dasar “mangkuk”.
Kaltim ke depan harus
menciptakan kekuatan perekonomian yang lebih berimbang antar-wilayah dan antar-penduduk.
Untuk itu, pembangunan infrastruktur perlu difokuskan pada wilayah pinggir
“mangkuk” dan yang menghubungkan antar-wilayah dalam koridor dan antar-koridor.
Sinergitas pembangunan infrastruktur ini akan memangkas biaya dan waktu
sehingga berdampak pada kelancaran arus barang dan jasa dan penurunan harga
secara signifikan.
Di samping itu, perbaikan
pada daerah “pinggir” tidak akan mematikan daerah “dasar”, justru akan saling
mendorong pertumbuhan yang kemudian menciptakan daya saing Kaltim secara
regional. Pada akhirnya, akan menciptakan peningkatan standard of living warga masyarakat Kaltim, yang menjadi tujuan
hakiki pembangunan. (*)
LAYANAN PEMBIAYAAN LE-MERIDIA. perusahaan pinjaman yang memberi saya pinjaman 5.000.000,00 USD Ketika investor pinjaman lain mengabaikan tawaran saya, tetapi Le_Meridian Funding Service memberi saya pinjaman yang berhasil. Mereka langsung terlibat dalam pembiayaan pinjaman dan proyek dalam hal investasi. mereka memberikan solusi pembiayaan untuk perusahaan dan individu yang mencari akses ke dana pasar modal, mereka dapat membantu Anda mendanai proyek Anda atau memperluas bisnis Anda .. Email Kontak :::: lfdsloans@lemeridianfds.com Juga lfdsloans@outlook.com atau Tulis di nomor whatsapp pada 1- (989-394-3740) Good Intend,
BalasHapus